BUAT PARA PELAJAR, TETAP SEMANGAT BELAJAR DI RUMAH,JANGAN PANIK MENGHADAPI VIRUS CORONA, TAPI JANGAN REMEHKAN KARENA SIAPA SAJA BISA JADI KORBAN, SEMOGA PANDEMI CORONA SEGERA BERAKHIR SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG BERSAMA "GARUDA BUKATEJA" DALAM SITUASI PANDEMI COFID 19

KERAJAAN MAJAPAHIT (1293-1518 M)

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terbesar dan terluas di nusantara, sering disebut sebagai kerajaan nasional II setelah kerajaan Sriwijaya. Pembahasan kerajaan Majapahit dalam buku ini ditinjau dari segi politik, yang berkaitan langsung dengan pemerintahan.Adapun segi ekonomi dan pertanian tidak akan dibahas dalam buku ini.
A.    Sumber Sejarah
Sejarah kerajaan Majapahit dapat diriwayatkan melalui beberapa sumber, antara lain : prasasti, kitab-kitab kuno yang digubah pada masa kejayaannya dan berita asing. Prasasti yang dapat dijadikan sebagai sumber sejarah kerajaan Majapahit antara lain :
1.    Prasasati Kudadu (1294 M)
Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Jayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar
Kertajaya Jayawardhana Anantawikramo ttunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepala desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.
2.    Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)
Mengenai Raden Wijaya yang telah memperistri keempat puteri Kertanegara, yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribuanaeswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnapara mita, dan Sri Paduka Rajapatni Dyah Dewi Gayatri, serta menyebutkan anaknya dari permaisuri bernama Sri Jayanegara yang dijadikan Raja muda di Daha.
3.    Prasasti Wingun Pitu ( 1447 M)
Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seorang yang bergelar Bhre, yaitu Daha, Kahuripan, Pajang, Wengker, Wirabumi, Matahun, Tumapel, Jagaraga, Tanjungpura, Kembang Jenar, Kabalan, Singhapura, Keling, dan Kalinggapura.
4.    Prasasti Canggu (1358 M)
 Mengenai pengaturan tempat-tempat penyebarangan di Bengawan Solo. Prasasti Biluluk (1366 M), Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M). Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.
5.         Prasasti Karang Bogem (1387 M)
Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem. Prasasti Marahi Manuk dan Prasasti Parung mengenai sengketa tanah. Persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adat setempat.
6.    Prasasti Katiden (1392 M)
Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas  berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.
7.    Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) ( 966 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, Mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan  membiayai sebuah rumah do’a (Kuti).
8.    Prasasti Wurare (1289 M)
Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Jenggala dan Panjalu, menasbihkan arca Mahaksobhya di Wurare. Gelar raja itu ialah Kertanegara setelah ditasbihkan sebagai Jina (dhyani Budha).
9.    Prasasti Canggu (Trowulan I)
Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung.
10.  Prasasti Maribong (1264 M), Wisnu Wardhana memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong. (mojokerto/prasasti-Majapahit).
11.  Prasasti Singasari (1351 M), ditemukan di Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ditulis dengan aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. (wikipedia.org/Prasasti_Singasari)

Kitab Kuno yang dapat Digunakan sebagai Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit antara lain :
1.         Kakawin Negarakertagama, digubah oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M.
2.         Kakawin Sutasoma dan Arjuna Wijaya, digubah oleh Mpu Tantular
3.         Kakawin Pararaton, tidak jelas siapa yang menggubahnya.
Berita Asing yang menceritakan  tentang sejarah kerajaan Majapahit adalah Suma Oriental tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 M. Daha menjadi ibukota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan oleh Sultan Trenggono, raja Demak tahun 1527 M.
B.    Berdirinya Kerajaan Majapahit
Adalah satu-satunya kerajaan yang memiliki wilayah paling luas dibanding dengan kerajaan-kerajaan lainnya di nusantara. Wilayah kekuasaannya sangat luas, mencapai Melayu, Kalimantan Utara, dan Papua. Kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dari kerajaan Singasari. Raden Wijaya menantu Kertanegara (raja Singasari) bersama keempat puterinya berhasil menyelamatkan diri ketika istana kerajaan Singasari diserbu oleh Jayakatwang dari Kediri.
Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Pasukan Kediri tak mampu menghadapi tentara Mongol yang dibantu oleh Raden Wijaya bersama pengikutnya. Runtuhlah kerajaan Kediri yang baru dibangun kembali oleh Jayakatwang. Peristiwa tersebut juga telah mengakhiri dinasti Sanjaya dan wangsa Isyana yang telah berlangsung sejak tahun 720 M. Kemudian digantikan dinasti baru, yaitu dinasti Rajasa yang diawali oleh Ken Arok.
Raden Wijaya berbalik menyerang sekutunya tentara Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang kabut. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden  Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan kartika tahu 1215 saka, yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293 M. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana (wikipedia/Majapahit).
C.    Pemberontakan di Majapahit
Kerajaan ini menghadapi masalah, beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Mulyana menduga bahwa mahapatih Halayudha-lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.
Menurut Pararaton, pemerintahan Jayanegara diwarnai banyak pemberontakan oleh para pengikut ayahnya. Hal ini disebabkan karena Jayanegara adalah raja berdarah campuran Jawa-Sumatera, bukan keturunan Kertanegara murni. Pemberontakan pertama terjadi ketika Jayanegara naik tahta, yaitu dilakukan oleh Ramnggalawe pada tahun 1295 M. kemudian Lembu Sora pada tahun 1300 M. Dalam hal ini pengarang Pararaton kurang teliti karena Jayanegara baru menjadi raja pada tahun 1309 M. Mungkin  yang benar ialah, pemberontakan Ranggalawe terjadi ketika Jayanegara diangkat sebagai raja muda atau putera mahkota. Pararaton juga memberitakan pemberontakan Juru Demung tahun 1313 M, Gajah Biru tahun 1314, Mandawa dan Pawagal tahun 1316M, serta Ra Semi tahun 1318 M. Akan tetapi menurut Kidung Surandaka, Juru Demung dan Gajah Biru mati bersama Lembu Sora tahun 1300 M, sedangkan Mandawa, Pawagal, dan Ra Semi mati bersama Nambi tahun 1316 M. 
Berita pemberontakan Nambi tahun 1316 M dalam Pararaton juga disebutkan dalam Negarakertagama, dan diuraikan panjang lebar dalam Kidung Sorandaka. Menurut Negarakertagama, pemberontakan nambi tersebut dipadamkan langsung oleh Jayanegara  sendiri.
Di antara pemberontakan-pemberontakan yang diberitakan Pararaton, yang paling berbahaya adalah pemberontakan Ra Kuti tahun 1319 M. Ibukota Majapahit bahkan berhasil direbut kaum pemberontak, sedangkan Jayanegara sekeluarga terpaksa mengungsi ke desa Badander dikawal para prajurit Bhayangkari. Pemimpin prajurit Bhayangkari yang bernama Gajah Mada kembali ke ibukota menyusun kekuatan . Berkat kerja saa antara para pejabat dan rakyat ibukota, kelompok Ra Kuti dapat dihancurkan. (wikipedia/Jayanegara_Naik_Tahta).
Dalam buku ini tidak akan membahas tentang pemberontakan yang terjadi pada masa pemerintahan Jayanegara, mengingat adanya perbedaan data dari berbagai sumber sejarah yang ada. Dimungkinkan para Penulis sumber sejarah tidak menyaksikan secara langsung peristiwa yang terjadi. Data-data sejarah yang ada masih banyak diwarnai dengan unsur politik, seni, sastra, maupun kepentingan penulis itu sendiri. Yang terpenting adalah faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya pemberontakan saat itu, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian untuk kepentingan pendidikan. Apabila dianalisa, ada beberapa faktor yang memicu terjadinya pemberontakan, antara lain :
1.    Jayanegara menjadi raja masih terlalu muda karena baru berusia 16 tahun, sepeninggal Raden Wijaya pada tahun 1309 M. Bahkan ketika masih kecil pada tahun 1295 M telah diangkat menjadi raja oleh Raden Wijaya. Sehingga belum menguasai strategi politik maupun sistem pemerintahan yang memadai. Berbeda dengan ayahnya, Raden Wijaya telah memiliki segudang pengalaman ketika masih bersama Kertanegara,  menyusun kekuatan di hutan Tarik untuk menyerang kerajaan Kediri dan menghadapi tentara Mongol.
2.    Tokoh yang telah berjasa terhadap Raden Wijaya, tidak dihargai akibat adanya politik adu domba yang dilakukan oleh Mahapatih Halayudha, sedangkan Jayanegara belum memahami. Ketidakmampuan Jayanegara membaca situasi politik saat itu menyebabkan kerajaan Majapahit kehilangan perwira-perwira utamanya yang banyak berjasa terhadap kerajaan Majapahit, sebagai akibat dari hasutan Mahapatih Halayudha yang ambisi kekuasaan.
3.    Kedudukan raja makin lemah setelah orang-orang terkuat  seperti Ranggalawe , Sora, Nambi, Kuti yang pernah berjasa dalam pendirian kerajaan Majapahit terbunuh akibat politik adu domba Halayudha.
4.    Adanya penghianat di lingkungan istana. Keberhasilan pemberontak memasuki istana, munjukkan bahwa pasukan pengawal kerajaan tak mampu menghadapi pemberontak. Meskipun pemberontak berhasil ditumpas, bukan berarti istana telah bersih dari kaum pemberontak. Sisa-sisa pemberontak telah mengetahui rahasia di lingkungan istana, dan terus berusaha menggulingkan penguasa yang telah
menggagalkan perjuangannya.
Peristiwa tersebut dipedomani oleh pemerintahan Orde Baru, yang menyatakan PKI dan ormas-ormasnya dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Dengan tujuan agar PKI tidak lagi melakukan aksi  gerakannya yang lebih berbahaya dan mengancam keselamatan negara, sebagaimana aksinya yang pernah terjadi pada tahun 1965.
D.    Masa Kejayaan Majapahit
Kerajaan Majapahit mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Menurut Kakawin Negarakertagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Fillipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Struktur Pemerintahan :
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi. Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putera dan kerabat dekat raja yang memiliki kedudukan tinggi. Perintah Raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu :
1.    Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putera-putera raja
2.    Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
3.    Dharmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
4.    Dharma-upapatti, para pejabat keagamaan.
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting, yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.
Pembagian Wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan kerajaan Singasari, terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan di bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre. Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin. Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389 M) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja, antara lain :
1.    Bhumi           :  kerajaan, diperintah oleh raja
2.    Negara          : diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
3.    Watek            :  dikelola oleh wiyasa
4.    Kuwu            :  dikelola oleh lurah
5.    Wanua          :  dikelola oleh thani
6.    Kabuyutan    :  dusun kecil atau tempat sakral.
Penguasa-penguasa wilayah kerajaan Majapahit pada umumnya masih memiliki hubungan keluarga (famili) dengan raja. Hierarkhi dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut :
No
Provinsi
Gelar
Penguasa
Hubungan dengan Raja
1
Kahuripan/ Jenggala (sekarang = Surabaya)
Bhre Kahuripan
Tribhuwanatunggadewi
Ibu Suri
2
Daha (bekas ibukota Kediri)
Bhre Daha
Rajadewi Maharajasa
Bibi sekaligus ibu mertua
3
Tumapel (bekas ibukota Singasari
Bhre Tumapel
Kertawardhana
Ayah
4
Wengker (sekarang Ponorogo)
Bhre Wengker
Wijayarajasa
Paman sekaligus ayah mertua
5
Matahun (sekarang Bojonegoro)
Bhre Matahun
Rajasawardhana
Suami dari putri Lasem, sepupu raja
6
Wirabhumi (Blambangan)
Bhre Wirabhumi
Bhre Wirabhumi
Anak
7
Paguhan
Bhre Paguhan
Singhawardhana
Saudara laki-laki ipar
8
Kabalan
Bhre Kabalan
Kusumawardhani
Anak perempuan
9
Pawanuan
Bhre Pawanuan
Surawardhani
Keponakan perempuan
10
Lasem (pesisir utara Jawa Tengah
Bhre Lasem
Rajasadhuhita Indudewi
Sepupu
11
Pajang (sekarang Surakarta)
Bhre Pajang
Rajasadhunita Iswari
Saudara perempuan
12
Mataram (sekarang Yogyakarta)
Bhre Mataram
Wikramawardhana
Suadara perempuan
E.    Raja-raja Majapahit
Kerajaan berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun 1293 M sampai 1519 M.  Pada
masa kejayaannya kerajaan Majapahit memiliki stabilitas politik yang mantap, terutama pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan dibantu oleh Patih Gajah Mada. Jarang terjadi perebukan kekuasaan, apabila ada pemberontakan dapat dipadamkan dengan segera, sehingga tidak mengganggu stabilitas kerajaan. Tetapi setelah berakhirnya pemerintahan Hayam Wuruk, lambat laun kerajaan Majapahit mengalami kemunduran. Perebutan kekuasaan terjadi di kalangan keluarga kerajaan. Kerajaan-kerajaan bagian melepaskan diri dari kerajaan Majapahit.  Masing-masing keluarga raja berambisi untuk mewarisi tahta kerajaan, terutama semenjak raja Kertajaya atau Brawijaya I. Masuknya kebudayaan Islam di pulau Jawa berpengaruh pada keruntuhan Majapahit.
Berikut adalah daftar raja-raja Majapahit beserta gelar dan masa pemerintahannya :
No
Provinsi
Gelar
Hubungan dengan Raja
1
Raden Wijaya
Kertarajasa Jayawardhana
1293-1309
2
Kalagemet (Jayanegara)
Sri Jayanegara
1309-1328
3
Sri Gitarja
Tribhuana Wijayattunggadewi
1328-1350
4
Hayam Wuruk
Sri Rajasanagara
1350-1389
5
Wikramawardhana

1389-1429
6
Suhita

1429-1447
7
Kertawijaya
Brawijaya I
1347-1451
8
Rajasawardhana
Brawijaya II
1451-1453
9
Purwawisesa atau Girindrawardhana.
Brawijaya III
1456-1466
10
Lasem (pesisir utara Jawa Tengah
Brawijaya IV
1466-1468
11
Pajang (sekarang Surakarta)
Brawijaya V
1468-1478
12
Mataram (sekarang Yogyakarta)
Brawijaya VI
1478-1498
13
Hudhara
Brawijaya VII
1498-1518

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan besar di nusantara, hampir seluruh wilayah di nusnatara dapat ditaklukkannya. Kerajaan Majapahit tumbuh dan berkembang sekitar 216 tahun, berdasarkan daftar nama-nama raja di atas menunjukkan bahwa kerajaan Majapahit memiliki stabilitas politik yang mantap. Sampai dengan raja Hayam Wuruk jarang terjadi perebutan kekuasaan. Namun sejak pemerintahan Kertawijaya  (Brawijaya  I), sering kali terjadi pergantian pemerintahan atau perebutan kekuasaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sepeninggal Hayam Wuruk kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, kerajaan taklukan melepaskan diri dari Majapahit.
F.    Bhinneka Tunggal Ika dan Sumpah Palapa
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai motto bangsa Indonesia yang tertulis dalam pita yang dipegang erat oleh kaki burung Garuda sebagai lambang negara Indonesia. Istilah tersebut dikutip dari Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular, pupuh 139, bait 5, yang isinya sebagai berikut :
Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Terjemahan nya adalah Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tuggal terpecah belahlah itu, tidak ada kebenaran yang mendua. (wikipedia/kakawin_Sutasoma)
Mpu Tantular mengajarkan kepada bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit agar mau bersatu, saling menghormati, saling menghargai, mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman agama, budaya, dan adat istiadat. Tanpa adanya kebersamaan dan persatuan maka tidak akan pernah terwujud cita-cita masyarakat adil makmur. Konflik politik berkepanjangan, perselisihan antar kelompok, adat istiadat, atau konflik lainnya selama ini hanya akan memperlemah bangsa Indonesia sendiri.
Sumpah Palapa bukanlah sumpah biasa. Seorang Ksatria Gajah Mada dengan gagah berani dalam mengemban tanggung jawab, ia mengucapkan sumpah dan janjinya. Seorang pejabat kerajaan yang tidak mau berpangku tangan, bersenang-senang menikmati jabatan. Ketika pengangkatannya sebagai patih Amangkubumi pada tahun 1336 M. Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut : “Sira Gajah Mada pepatih amangkubumi tan ayun amukti palapa, wira Gajah Mada: Lan huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Rurun, ring Seram, ring Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Domu, ring Ali, Sunda, Palembang, Tumasik,  samana ingsun amukti palapa.
Apabila ditejemahkan mempunyai arti :”Beliau Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepas puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) nusantara, saya (baru akan) melepas puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa.”
Dari isi naskah ini dapat diketahui hw pada masa diangkatnya Gajah Mada, sebagian wilayah nusantara yang belum dikuasai Majapahit adalah :
1.    Gurun              : Nusa Penida
2.    Seran               : Seram
3.    Tanjungpura    : Tangjunpura, Ketapang, Kalimantan Barat.
4.    Haru                : Sumatera Utara (ada kemungkinan merujuk kepada Karo)
5.    Pahang            : di Semenanjung Melayui
6.    Dompo            : sebuah daerah di pulau Sumbawa
7.    Bali                 : Bali
8.    Sunda              : Kerajaan Sunda (Jawa Barat)9.       
9.    Palembang       : Palembang ( Sumatera Selatan )
10.  Tumasik          : Singapura
Gajah Mada tidak akan bersenang-senang sebelum seluruh nusantara dapat disatukan dalam naungan kerajaan Majapahit. Ia benar-benar berpegang teguh pada sumpahnya dalam menjalankan tugasnya. demi kebesaran Majapahit. Sosok seornag tokoh  tokoh yang terlu diteladani bangsa Indonesia.
G.   Perang Bubat
Kebesaran kerajaan Majapahit dibawah kepemimpinan HayamWuruk dan Patih Gajah Mada menyebabkan lupa diri. Ada kekuatan-kekuatan tersembunyi yang sewaktu-waktu bisa mengancam kerajaan Majapahit, misalnya kerajaan kecil di nusantara yang belum ditaklukkan, dan kerajaan-kerajaan taklukan yang ingin lepas dari kekuasaan Majapahit. Perang Bubat melibatkan Mahapatih Gajah Mada dengan Prabu Maharaja Linggabuana dari kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat pada abad ke-14 M sekitar tahun 1360 M.  Diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari negeri Sunda.  Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap puteri tersebut karena beredarnya lukisan sang puteri di Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabhangkara.
Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamarnya.  Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Pihak Dewan Kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubuminya, yaitu  Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai kerajaan Dompu di Nusa Tenggara. Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraaan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Berangkatlah Linggabuana bersama rombongan Sunda ke Majapahit, dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Melihat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit, maka timbul niat lain dari Mahapatih Gajah Mada, yaitu  untuk menguasai kerajaan Sunda, sebab untuk memenuhi Sumpah Palapa yang diucapkannya. Maka dari seluruh kerajaan di nusantara yang sudah ditaklukkan, hanya kerajaan Sundalah yang belum dikuasai Majapahit. Dengan maksud tersebut dibuatlah alasan oleh Gajah Mada yang menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit,
Sesuai dengan Sumpah Palapa yang pernah ia ucapkan pada masa sebelum Hayam Wuruk.
B.    Pujangga dan Karya Sastra
Kerajaan Majapahit memiliki pujangga yang sangat terkenal, yaitu Mpu Tantular dan Mpu Prapanca. Karya besarnya dijadikan sebagai sumber sejarah kerajaan Majapahit. Bukti-bukti tertulis yang berbentuk prasasti sangat terbatas jumlahnya.
1.        Mpu Tantular
Adalah seorang penganut agama Budha, namun ia orangnya terbuka terhadap agama lainnya, terutama agama Hindu-Sywa. Hal ini bisa terlihat pada dua kakawin atau syairnya yang ternama, yaitu  kakawin Sutasoma dan Arjunawijaya. Salah satu bait dari kakawin Sutasoma ini diambil menjadi motto atau semboyan Republik Indonesia.”Bhinneka Tunggal Ika”, atau berbeda-beda namun satu jua. Kakawin Sutasoma digubah oleh Mpu Tantular pada masa keemasan Majapahit di bawah kekuasaan Prabu Rajasanagara  atau raja Hayam Wuruk. Tidak diketahui secara pasti kapan karya sastra ini digubah. Oleh para pakar diperkirakan kakawin ini ditulis antara tahun1365-1389 M.
Selain menulis kakawin Sutasoma, Mpu Tantular juga menulis kakawin Arjunawijaya. Kakawin Arjunawijaya berisi cerita tentang raja raksasa Rahwana yang terpaksa tunduk kepada raja Arjuna Sasrabahu. Kedua kakawin ini gaya bahasanya memang sangat mirip satu sama lain. (wikipedia.org/wiki/Kakawin Sutasoma).
Dalam kitab Sutasoma terdapat istilah Pancasila Krama yang mempunyai arti     
Lima Dasar. Tingkah laku atau perintah kesusilaan yang lima, meliputi :
1.      Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
2.      Tidak boleh mencuri (asteya)
3.      Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha)
4.      Tidak boleh berbohong (amrsawada)
5.      Tidak boleh mabuk, minum minuman keras, (dama)
2.    Mpu Prapanca
Adalah seorang pujangga Majapahit yang hidup pada abad-14 pada zaman Majapahit. Karya sastranya yang sangat terkenal adalah kakawin Negarakertagama (Desawarnana) yang ditulis menggunakan  huruf dan bahasa Bali kuno. Isi utama kakawin Negarakertagama adalah kisah perjalanan raja Hayam Wuruk bersama pejabat tinggi kerajaan ke wilayah kekuasaan Majapahit. Di bagian Timur pada tahun 1365 M. Daerah-daerah yang dikunjungi antara lain Lumajang, Blambangan, Singasari.
Kitab Negarakertagama juga berisi uraian tentang kota Majapahit, jajahan-jajahan negara Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk di sebagian besar wilayah di Jawa Timur, yang dijalin dengan daftar prasasti-prasasti yang ada, upacara srada yang dilakukan untuk roh Gayatri, dan pemerintahan serta keagamaan (Soekmono,1973).
Kakawin yang ditulis tahun 1365 M ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Branders, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspediri KNIL di Lombok.
Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranegara sebelum istana sang raja dibakar oleh tentara KNIL.(forumajapahit.org).
Selain kakawin Negarakertagama dan Sutasoma ada karya sastra lainnya yang berisi tentang kerajaan Singasari dan Majapahit, yaitu  kakawin Pararaton, namun masih diragukan kebenarannya, karena bersifat dongeng, penuh kegaiban, dan penulisan angka tahun yang tidak sama dengan sumber sejarah Majapahit lainnya.
I.     Runtuhnya Kerajaan Majapahit
Runtuhnya kerajaan Majapahit berbeda dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara, pada umumnya kerajaan runtuh mendapat serangan dari luar.  Namun kerajaan Majapahit runtuh tanpa adanya serangan dari luar. Mengapa demikian ? Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit, antara lain :
1.    Kegagalan Hayam Wuruk mempersunting Dyah Pitaloka dari kerajaan Sunda (Pajajaran) akibat perang Bubat
2.    Luasnya wilayah kekuasaan dibutuhkan angkatan perang yang kuat dan banyak sebagai benteng pertahanan.
3.    Sepeninggal Hayam Wuruk tidak ada raja dan patih yang secakap Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
4.    Lepasnya kerajaan-kerajaan taklukan dari kerajaan Majapahit.
5.    Perang saudara karena perebutan tahta kerajaan, terutama Perang Paregreg.
6.    Berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Jawa, menyebabkan penganut agama Hindu-Budha di Majapahit berpaling pada ajaran Islam, karena tidak mengenal sistem kasta dan sederhana dalam pengamalannya.


J.    Peninggalan Sejarah
Pada umumnya peninggalan sejarah berupa bangunan candi atau benda-benda kuno yang dapat digunakan sebagai pendukung sumber sejarah. Peninggalan sejarah Majapahit yang dipaparkan dalam buku ini adalah tentang bangunan candi. Candi-candi peninggalan kerajaan Majapahit antara lain :
2.    Candi Simping (Sumberjati)
Adalah makam raja Raden Wijaya (raja pertama Majapahit) yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Keterangan ini terdapat pada kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.
Disebut Candi Sumberjati sebab terletak di desa Sumberjati, Kecamatan Surah. Saat ini candi Simping masih dalam keadaan berupa reruntuhan, namun pada saatnya merupakan persemayaman abu jenazah Raden Wijaya (1293-1309 M) dalam perwujudannya sebagai Hari-Hara (gabungan Wisnu dan Sywa).
1.    Candi Sawentar
Terletak di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Di dalam Kitab Negarakertagama, Candi Sawentar  disebut juga Lwa Wentar.
Bangunan candi ini dahulunya merupakan sebuah kompleks percandian, karena di sekitarnya masih ditemukan sejumlah pondasi yang terbuat dari bata, dan candi ini diduga didirikan pada awal berdirinya Kerajaan Majapahit. Candi yang terbuat dari batu andesit ini berukuran panjang 8,53 m, lebar 6,86 m, dan tingginya 10,65 m. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa Candi Sawentar merupakan bangunan suci yang bertlatar belakang agama Hindu. (eastjava.com.)
3.    Gapura Bajang Ratu
Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad-14, salah satu gapura besar pada zaman keemasan Majapahit. Menurut Catatan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala, Mojokerto) Candi / gapura  ini berfungsi sebagai pintu masuk bagi bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara.
 “Bajang Ratu” dalam bahasa Jawa berarti “raja / bangsawan kecil / kerdil)” Oleh penduduk setempat, gapura tersebut dikaitkan dengan Raja Jayanegara, dan tulisan dalam Serat Pararaton, ditambah legenda masyarakat. Disebutkan bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, usia Jayanegara masih sangat muda (“bujang” / ”bajang”) sehingga diduga gapura ini kemudian diberi sebutan “Ratu Bajang / Bajang Ratu” (bararti “ Raja Cilik).
4.    Candi Tikus
Terletak di kompleks Trowulan, tepatnya di Dukuh Tinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan,  Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini merupakan salah satu situs arkheologi utama di Trowulan. Bangunan Candi Tikus berupa tempat ritual mandi (pentirtaan) di kompleks pusat pemerintahan Majapahit. Bangunan utamanya tediri dari dua tingkat. Candi ini dihubungkan dengan keterangan Mpu Prapanca dalam kitab Negarakertagama, bahwa ada tempat untuk mandi raja dan upacara-

upacara tertentu yang dilaksanakan di kolam-kolamnya. (wikipedia/Candi_Tikus)
5.    Candi Gayatri
Adalah reruntuhan candi Hindu di kelurahan Boyolangu, kecamatan Boyolangu, kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Pada bagian tangga batu candi terdapat tulisan angka 1289 Saka (1367 M) dan 1291 Saka (1369 M), yang kemungkinan dipakai untuk menandai tahun pembuatan dari Candi Gayatri, yaitu  pada zaman kerajaan Majapahit. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya dan merupakan ibu dari raja Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuanatunggadewi), sekaligus nenek dari raja Hayam Wuruk. (wikipedia.org/Candi_Gayatri)
6.    Candi Cetha
Terletak di Dukuh Cetha, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, provinsi Jawa Tengah. Candi Cetha merupakan salah satu candi yang dibangun pada zaman kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V. Dari tulisan yang ditemukan di lo kasi candi diketahui candi ini dibangun sekitar tahun 1451-1470 M, yaitu  pada masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit. Candi Cetha merupakan candi Hindu yang dibangun untuk tujuan ruwatan, yaitu upaya penyelamatan dari malapetaka dan berbagai bentuk tekanan akibat kekacauan yang sedang berlangsung.
K.   Analisa
Kebesaran kerajaan Majapahit tidak perlu diragukan lagi akan kebenarannya. Meskipun terbatasnya sumber sejarah berupa prasasti. Berbeda dengan kerajaan Hindu-Budha sebelumnya. Kakawin Negarakertagama menjadi sumber utama mengenai keberadaan kerajaan Majapahit.  Adapun kakawin Pararaton masih banyak diragukan ahli sejarah,  karena masih berbau dongeng dan penulisan peristiwa dan angka tahun yang tidak sesuai atau tidak sama dengan sumber-sumber sejarah lain yang lebih dipercaya.
Meskipun sebagai kerajaan besar, kerajaan Majapahit tidak banyak memiliki peninggalan bersejarah sebagaimana yang dimiliki oleh kerajaan Mataram Kuno. Peninggalan yang ada pun sulit untuk melakukan renovasi secara sempurna.  Bahkan pada candi Simping (Sumberjati) sampai sekarang belum dapat direnovasi ulang, mengingat batu-batu penyusunnya banyak yang hilang.
Membahas kerajaan Majapahit kental dengan nuansa politik, kekuasaan, kebijakan pemerintahan, pemberontakan, perebutan kekuasaan. Kebesaran Majapahit tidak lepas dari kekuatan angkatan perang yang dimiliki. Keberhasilan mengalahkan kerajaan Kediri dan pasukan tentara Mongol menunjukkan bahwa angkatan perang yang dimiliki Majapahit sangat kuat. Luasnya wilayah yang dikuasai karena kerajaan Majapahit didukung angkatan perang yang tangguh, terutama pada masa pemerintahan Hayam Wuruk bersama patihnya Gajah Mada. Menaklukkan kerajaan-kerajaan di nusantara  bukanlah pekerjaan ringan. Oleh karena itu patut kita hargai segala bentuk perjuangannya guna menyatukan nusantara dibawah naungan kerajaan Majapahit.
Comments
0 Comments