A. Sumber Sejarah
Kerajaan Singasari adalah kerajaan Hindu Budha yang terletak di sekitar Malang, Jawa Timur. Sumber-sumber sejarah yang menceritakan tentang kerajaan Singasari antara lain :
1. Prasasti Kudadu
b. Pada tahun 1254 M, raja Wisnuwardhana mengangkat puteranya yang bernama Kertanegara sebagai Yuwaraja dan mengganti nama ibukota menjadi Singasari.
2. Prasasti Mulamalurung
Isi prasasti tersebut antara lain : Kerajaan Tumapel didirikan oleh Rajasa yang dijuluki “Batara Sywa”, setelah menaklukkan Kediri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua. Tumapel dipimpin oleh Anusapati, sedangkan Kediri dipimpin oleh Bhatara Parameswara, (alias Mahisa Wongateleng). Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, kerajaan Tumapel dan Kediri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kediri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dimpin oleh puteranya, yaitu Kertanegara.
3. Kitab Pararaton
Menurut Pararaton , Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan kerajaan Kediri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawimni istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kerajaan Kediri. (wikipedia/ Kerajaan_Singasari).
4. Kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan, sebutan Tumapel bagi kerajaan Cina.
B. Sejarah Berdirinya Kerajaan Singasari
Munculnya kerajaan Singasari diawali dengan pembunuhan seorang akuwu di Tumael (bagian kerajaan Kediri) yang bernamaTunggul Ametung, oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok. Janda Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedesa diperistri oleh Ken Arok. Pada tahun 1222 M menjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kediri melawan kaum Brahmana. Para kaum Brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama di Tumapel. Perang melawan Kediri meletus di desa Ganter yang dimenangkan pihak Tumapel. Dengan kemenangan tersebut maka Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja Singasari dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabumi, dan Kediri menjadi bagian dari kerajaan Singasari. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya maka seluruh wilayah kerajaan Kediri dipersatukan dibawah kekuasaan Ken Arok. Kemudian Ken Arok menyatakan dirinya sebagai raja Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bathara Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja Singasari yang pertama menandai kemunculan suatu dinasti baru, yaitu dinasti Rajasa. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaa, 1975). Pada tahun 1227 M Ken Arok terbunuh oleh anak tirinya yang bernama Anusapati, setelah ia mengetahui bahwa pembunuh ayahnya (Tunggal Ametung) adalah Ken Arok. Anusapati menggantikan Ken Arok menjadi raja Singasari sejak 1227 M. sampai tahun 1248 M.
Anusapatipun terbunuh oleh anak Ken Arok dengan Ken Umang yang bernama Panji Tohjaya. Namun Panji Tohjaya memerintah hanya beberapa bulan saja karena terjadi pembunuhan kembali yang dilakukan oleh Ranggawuni, anak dari Anusapati. Pada tahun 1248 M Ranggawuni mengangkat dirinya menjadi raja Singasari dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Ia memerintah didampingi oleh Mahisa Cempaka yang berkedudukan sebagai Ratu Angabhaya dengan gelar Narashingamurti. Narashingamurti sebenarnya anak Mahisa Wongateleng (anak Ken Arok dengan Ken Dedes). Ranggawuni memerintah tahun 1248 M sampai tahun 1268 M, kemudian digantikan oleh puteranya yang bernama Kertanegara.
C. Raja-raja Singasari
1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1227 M)
Ken Arok dinobatkan sebagai raja Singasari pertama pada tahun 1222 M, setelah berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kediri. Sebelum menjadi raja ia membunuh seorang Akuwu Tumapel (bagian dari kerajaan Kediri), kemudian memperistri janda Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Bersama Tunggul Ametung Ken Dedes telah melahirkan seorang anak yang bernama Anusapati. Sedang bersama Ken Arok Ken Dedes melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Mahisa Wongateleng. Ken Arok dengan istri lainnya yang bernama Ken Umang memiliki anak yang bernama Tohjaya. Anak-anak tersebutlah yang nantinya akan menggantikan Ken Arok melalui pertumpahan darah. Pada tahun 1227 M Ken Arok dibunuh oleh Anusapati, anak tirinya untuk membalaskan dendam ayahnya, jenazahnya dicandikan di Kagenengan.
2. Anusapati (1227-1248 M)
Pada masa pemerintahannya berlangsung aman dan tenteram selama 20 tahun. Tetapi pada tahun 1247 M Tohjaya dengan tipu muslihatnya membalaskan dendam atas kematian ayahnya, Ken Arok yang dibunuh oleh Anusapati. Anusapati didharmakan di Candi Kidal, sebelah Tenggara Malang.
3. Tohjaya (1247-1248 M)
Tohjaya hanya beberapa tahun saja menjadi raja Singasari, karena Ranggawuni anak dari Anusapati membalas dendam atas kematian ayahnya. Tohjaya sempat melarikan diri dengan luka parah, namun akhirnya meninggal. Jenazahnya didharmakan di candi Katang Lumbang.
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1248-1268 M)
Pada tahun 1248 M Ranggawuni menjadi raja Singasari dengan gelar Srijaya Wisnuwardhana. Ia adalah raja Singasari yang pertama namanya dikekalkan dalam prasasti. Mahisa Cempaka, anak Wongateleng, yang selalu senasib sepenanggungan dengan Ranggawuni diberi kekuasaan untuk ikut memerintah dengan pangkat Ratu Angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Diceritakan bahwa mereka memerintah berdua bagaikan Wisnu dan Indra. Pada tahun 1268 M. Wisnuwardhana meninggal di Mandaragiri dicandikan di Weleri (candi Jago), perwujudannya sebagai Budha Amogapasa (Soekmono, 1973)
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Sebenarnya Kertanegara dinobatkan sebagai raja tahun 1254 M, namun Wisnuwardhana tetap memerintah sampai wafat untuk anaknya. Pada tahun 1268 M. Kertanegara menggantikan ayahnya sebagai raja Singasari dengan gelar Wikrama Dharmatuggadewa. Dalam politiknya Kertanegara mencita-citakan kekuasaan yang meliputi daerah-daerah di sekitar kerajaan Singasari sampai seluas-luasnya. Pada tahun 1275 M Kertanegara mengembangkan sayapnya ke Sumatera dengan mengirim pasukan yang dikenal Ekspedisi Pamalayu. Pada Tahun 1292 M Kertanegara wafat, setelah mendapat serangan Jayakatwang, adipati Kediri. Jenazahnya dimuliakan di candi Jawi sebagai Budha dan Sywa.
Ada perbedaan mengenai raja-raja Singasari antara kitab Pararaton dengan kitab Negarakertagama. Dalam kitab Negarakertagama tidak menyebutkan Tohjaya sebagai raja Singasari. Menurut kitab Negarakertagama raja-raja yang memerintah kerajaan Singasari adalah :
1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 – 1227 M)
2. Anusapati (1227 – 1248 M)
3. Wisnuwardhana (1248 – 1268 M)
4. Kertanegara (1254 -1292 M) (http://www.id.wikipedia.rg/wiki/Kerajaan_Singasari)
D. Masa Kejayaan Singasari (1268 – 1292 M)
Kerajaan Singasari mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Kertanegara. Kertanegara adalah seorang raja Singasari yang sangat terkenal, baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Ia memeritah sampai tahun 1292 M. Dalam bidang politik ia terkenal sebagai seorang raja yang mempunyai gagasan perluasan wilayah yang mencapai seluruh wilayah nusantara. Pada tahun 1275 M, Ia mengadakan ekspedisi Pamalayu, kemudian tahun 1284 M ia mengirimkan ekspedisi ke Bali. Ekspedisi Pamalayu sebenarnya pelaksanaan politik luar negeri Kertanegara untuk menghadapi eskpansi bangsa Mongol yang dilancarkan oleh Kubilai Khan yang sedang dilancarkan ke Asia Tenggara. Kubilai Khan mengirim utusan beberapa kali, pada tahun 1281M, 1282 M, dan tahun 1886 M ke Singasari agar mau tunduk kepada kekaisaran Mongolia. Namun tidak pernah dihiraukan oleh Kertanegara.
E. Runtuhnya Kerajaan Singasari
Pada Tahun 1289 M Kubilai Khan mengirim utusannya yang dipimpin oleh Meng Chi, meminta agar Kertanegara tunduk kepada kekuasaan Mongol dan menyerahkan upeti setiap tahunnya. Tetapi Kertanegara menolaknya dan melukai utusan tersebut, sehingga menimbulkan kemarahan Kubhilai Khan. Kubhilaikan akhrinya mengirim pasukan yang dipimpin oleh Ike Mese untuk menghukum raja Singasari. Pasukan Mongol baru sampai di Jawa tahun 1293 M. Dan mereka tidak mengetahui bahwa di Jawa telah terjadi perubahan kekuasaan.
Pada tahun 1292 M Jayakatwang Adipati Kediri yang menjadi bawahan kerajaan Singasari menghianati Kertanegara, dengan melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Singasari. Kertanegara tidak menyadari bahwa dibalik ambisinya yang besar untuk menguasai nusantara ada musuh dalam selimut. Ia terlalu yakin bahwa dirinya sangat kuat, tidak ada yang berani melakukan pemberontakan. Runtuhnya kerajaan Kediri oleh Ken arok, masih membekas pada anak cucu dari raja Kediri. Salah satunya adalah Jayakatwang yang kebetulan oleh Kertanegara diangkat menjadi Adipati Kediri. Setelah yakin bahwa pasukannya cukup kuat untuk menyerang istana kerajaan Singasari, maka Jayakatwang menyerang istana Kertanegara secara tiba-tiba. Kertanegara gugur dalam penyerangan tersebut. Tetapi Menantunya, Raden Wijaya bersama keempat puterinya berhasil menyelamatkan diri. Keempat puteri Kertanegara yang berhasil diselamatkan Raden Wijaya adalah Sang Parameswari Tribuana, Parameswari Mahadewi, Pradnya Paramita Jayendra Dewi, dan Gayatri. Peristiwa tersebut telah meruntuhkan kerajaan Singasari dan Jayakatwang mengangkat dirinya sebagai raja Kediri, namun kerajaan Kediripun hanya bertahan satu tahun.
E. Peninggalan Kerajaan Singasari
1. Patung Dwara Pala adalah patung Dwarapala terbesar di Jawa, terdapat di Singasari terbuat dari batu andesit utuh setinggi 3,7 meter. Di pulau Jawa dan Bali, arca Dwarapala biasanya diukir dari batu andesit, berperawakan gemuk dan digambarkan dalam posisi tubuh setengah berlutut, menggenggam senjata gada.
2. Candi Jago, berasal dari kata “Jajaghu” didirikan pada masa kerajaan Singasari abad ke-13. Berlokasi di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, atau sekitar 22 km dari kota Malang, arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi. Yang tertinggal pada candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi. Badan candi disangga tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada dugaan bahwa bentuk atap candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda. (wikipedia/Candi_Jago).
3. Candi Singasari, adalah candi Hindu-Budha peninggalan bersejarah Kerajaan Singasari yang berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia. Candi ini merupakan tempat “pendharmaan” bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang mangkat pada tahun 1292 M akibat istananya diserang tentara Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.
4. Candi Sumberawan, berada di Dusun Sumberawan, desa Toyomarto, Kecamatan Singasari, Kabupaten Malang Jawa Timur. Candi ini dibuat dari batu andesit dengan ukuran panjang 6,25 m, lebar 6,25 m, dan tinggi 5,23 m. Dibangun pada ketinggian 650 m diatas permukaan laut, di kaki bukit Gunung Arjuna. Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Bentuk stupa pada candi Sumberawan ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Budhisme.
5. Candi Kidal, dibangun pada masa pemerintahan raja Anusapati, sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja keda dari Singasari, yang memerintah selama 20 tahun. (1227-1247 M). Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian perebutan kekuasaan di Singasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring. Candi Kidal secara arsitektur, kental dengan budaya Jawa Timuran. Candi Kidal juga memut serta Garudeya, cerita mitologi Hindu, yang berisi pesan moral pembebasan dari perbudakan.
6. Candi Jawi, adalah candi yang dibangun sekitar abad ke-13 dan merupakan peninggalan bersejarah Hindu-Budha. Terletak di Kecamatan Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemuujaan atau tempat peribadatan Budha. Namun sebenarnya merupakan tempat penyimpanan abu dari raja terakhir Singasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada candi Singasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja Kertanegara. (wikipedia/candi_jawi).
G. Analisa
1. Pada sistem pemerintahan kerajaan, kekuasaan raja berlangsung turun temurun, namun Ken arok telah melakukan pembaharuan. Meskipun ia bukan anak raja ternyata mampu menjadi seorang raja dan sebagai pendiri dinasti baru. Dialah yang menenggelamkan kebesaran wangsa Isyana, yaitu dengan mengalahkan Kertajaya pewaris tahta secara turun temurun dari raja Sanjaya pendiri kerajaan Medang (Mataram Kuno).
2. Adanya hubungan sebab akibat yang terjadi dalam pemerintahan kerajaan Singasari, Ken Arok menjadi seorang raja setelah membunuh Tunggul Ametung, seorang Akuwu Tumapel. Ken Arok tidak luput dari pembunuhan yang dilakukan oleh Anusapati karena dendam akibat kematian ayahnya yang bernama Tunggul Ametung. Begitu juga Anusapati dan Tohjaya mengalami nasib yang serupa. Kerajaan Singasari berjalan stabil pada masa pemerintahan Ranggawuni yang dibantu oleh Mahisa Cempaka dan masa pemerintahan Kertanegara. Kertanegarapun akhirnya terbunuh oleh Jayakatwang, raja Kediri. Jayakatwang membunuh Kertanegara untuk membalas dendam atas kematian kakeknya yang terbunuh oleh Ken Arok.
3. Kerajaan Singasari tidak berlangsung lama (1222-1292 M), karena pemerintahannya dipenuhi dendam dan angkara murka. Berbeda dengan kerajaan mataram Kuno yang berlangsung sejak raja Sanjaya sampai dengan Wawa, diteruskan oleh Wangsa Isyana. Setelah terhenti dengan terbunuhnya Dharmawangsa Teguh akibat serangan raja Wurawari, kekuasaan Wangsa Isyana dilanjutkan oleh Airlangga yang menurunkan raja-raja Kediri. Pemerintahan wangsa Sanjaya sampai dengan Wangsa Isyana berlangsung antara 720 M – 1222 M.
4. Kertanegara seorang raja besar yang tidak mudah tunduk dari kekuasaan Mongol, politik luar negerinya sangat bagus, namun sayang politik dalam negerinya rapuh. Gugurnya Kertanegara bukan mendapatkan serangan dari Mongol, melainkan penghianatan Jayakatwang, seorang adipati Kediri, bagian dari kerajaan Singasari.
F. Refleksi
Pemerintahan Indonesia telah berlangsung 65 tahun, namun telah banyak terjadi peristiwa memilukan. Dinamika sistem pemerintahan demokrasi yang terus berubah selama ini mencerminkan ketidakstabilan politik pemerintahan dan penyelenggaraan negara di negeri ini. Mampukah negara ini bertahan sampai ratusan tahun sebagaimana berlangsungnya kerajaan Mataram Kuno, yang telah mewariskan segudang kemegahan di masa lampau ? Atau sebaliknya, akan mengalami nasib sama seperti kerajaan Singasari ?