Kerajaan Sunda – Galuh kurang mendapat perhatian dalam penulisan Sejarah Indonesia Kuno, dimungkinkan terbatasnya sumber sejarah yang memadai. Apabila kedua kerajaan tersebut tidak masuk dalam penulisan sejarah maka ada sebagian rangkaian peristiwa yang lepas, misalnya keberadaan kerajaan Mataram Kuno.Seolah-olah kerajaan Mataram Kuno berdiri tanpa ada yang mengawali atau mendahului. Dalam tradisi pemerintahan yang berbentuk kerajaa, bahwa seorang raja adalah keturunan raja sebelumnya yang mendapat leglitas dari kaum brahmana (para pendeta).
Diharapkan dengan mempelajari kerajan Sunda-Galuh dapat dijadikan sebagai penghubung antara kerajaan Terumanegara dengan kerajaan Mataram Kuno, mengingat adanya kesamaan agama antara Mataram Kuno dengan kerajaan Tarumanegara.
Diharapkan dengan mempelajari kerajan Sunda-Galuh dapat dijadikan sebagai penghubung antara kerajaan Terumanegara dengan kerajaan Mataram Kuno, mengingat adanya kesamaan agama antara Mataram Kuno dengan kerajaan Tarumanegara.
Menurut sumber-sumber yang ada, pada tahun 670 M diperkirakan kerajaan Tarumanegara mengalami kemunduran, yang menjadi penyebab munculnya dua kerajaan Hindu di Jawa Barat, yaitu kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh. Keduanya memisahkan diri dari Tarumanegara.
Pembahasan tentang kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh pada buku ini hanya berkisar cuplikan kisah kerajaan Sunda-Galuh yang ada hubungannya dengan kerajaan Mataram dan Kaling. Sehingga tidak diketahui secara rinci tentang keberadaan kedua kerajaan tersebut dari awal berdirinya sampai mengalami keruntuhan.
A. Sumber Sejarah
Sumber sejarah yang menceritakan keeradaan kerajaan Sundan dankerajaan Galuh masih terbatas. Sumber sejarah yang dapat dihimpun antara lain :
- Prasasti Batutulis terletak di jalan Batu tulis, kelurahan Batutulis, kecamatan Bogor Selatan, kota Bogor. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno.
- Prasasti Sang Hyang Tapak, ditulis menggunakan huruf dan bahasa Kawi. Isi prasasti tersebut, Larangan menangkap ikan dalam batas daerah pemujaan.
- Prasasti Jayabupati, tanggal prasasti diperkirakan 11 Oktober 1030 Menurut Pustaka Nusantara, parwa III sarga I, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (1030 – 1042 M).
- Prasasti lainnya yang menceritakan sejarah kerajaan Sunda dan Galuh, antara lain : Prasasti Astana Gede, prasasti Batutulis, prasasti Kebantenan, prasasti Galuh, prasasti Lumatak, prasasti Cikajang, prasasti Hulu Dayeuh, prasasti Ulubelu, prasasti Cikapundung. Namun prasasti tersebut kurang ada hubungannya dengan runtuhnya kerajaan Terumanegara, berkembangnya kerajaan Sunda dan Galuh.
- Buku berbahasa Cina “shun-feng hsiang-sung” dari sekitar tahun 1430 M mengatakan. Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa kapal dikemudikan 97 ½ derajat selam tiga jam untuk mencapai Kalapa, melewati Indramayu, akhirnya dikemudikan 187 derajat selama 4 jam untuk melewati Cirebon.
- Catatan Sejarah dari Eropa, yang ditulis Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya “Summa Oriental)”(1513-1515M). Ia menulis bahwa beberapa orang menegaskan. Bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh Pulau Jawa.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah tersebut.tidak ada yang menjelaskan tentang runtuhnya kerajaan Tarumanegara. Maupun berdirinya kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh.
B. Berdirinya Kerajaan Sunda dan Galuh.
Menurut naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri, sebagai kerajaan yang Mandiri Sunda merupakan bawahan Tarumanegara. Raja Tarumanegara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman.Atmahariwangsa ( memerintah hanya selamatiga 3 tahun, 666-669 M), menikah dengan Dewi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari beliau memiliki 2 orang anak, yang keduanya perempuan. Dewi Manasih, putri sulungnya menikah dengan Terusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakencana menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Terumanegara turun kepada menantunya, Terusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh Wertikandayun (612-702 M) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanegara serta mendirikan kerajaan Galuh. Terusbawa melanjutkan kerajaan Tarumanegara, dan memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan, dekat Bogor (sekarang). Sunda Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaannya yaitu sungai Citarum ( Sunda di sebelah barat sungai dan Galuh di sebelah timur sungai ) (wikipedia.org/Kerajaan_Sunda) .
C. Raja-raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh
Berikut ini adalah daftar nama raja yang memerintah kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh
Kerajaan Sunda :
No
|
Nama Raja
|
Tahun Memerintah
|
1
|
Maharaja Terusbawa
|
669-723
|
2
|
Sanjaya Harisdarma
|
723-732
|
3
|
Tamperan Barmawijaya
|
732-739
|
4
|
Rakryan Banga
|
739-766
|
5
|
Rakryan Medang Prabu Hulukujang
|
766-783
|
6
|
Prabu Gilingwesi
|
783-795
|
7
|
Pucukbumi Darmeswara
|
795-819
|
8
|
Prabu Gajah Kulon Rakryan Wuwus
|
819-891
|
9
|
Prabu Darmaraksa
|
891-895
|
10
|
Windu Sakti Prabu Dewageng
|
895-913
|
11
|
Rakryan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi
|
913-916
|
12
|
Rakryan Jayagiri Prabu Wanayasa
|
916-942
|
13
|
Prabu Resi Atmauadarma Hariwangsa
|
942-954
|
14
|
Limbur Kencana
|
954-964
|
15
|
Prabu Munding Ganawirya
|
964-973
|
16
|
Prabu Jayagiri Rakryan Wulung Gading
|
973-989
|
17
|
Prabu Brajawisesa
|
989-1012
|
18
|
Prabu Dewa Sanghyang
|
1012-1019
|
19
|
Prabu Sanghyang Ageng
|
1019-1030
|
20
|
Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati
|
1030-1042
|
Kerajaan Sunda :
No
|
Nama Raja
|
Tahun Memerintah
|
1
|
Wretikandayun
|
670-702
|
2
|
Rakryan Mandiminyak
|
702-709
|
3
|
Rahyang Bratasena
|
709-716
|
4
|
Rahyang Purbasora
|
716-723
|
5
|
Sanjaya harisdarma
|
723-234
|
6
|
Adimulya Premana Dikusuma
|
724-725
|
7
|
Tamperan Barmawijaya
|
725-739
|
8
|
Manarah
|
739-783
|
9
|
Guruminda Sang Minisri
|
783-799
|
10
|
Prabu Kretayasa Dewakusalesywara Sang Triwulan
|
799-806
|
11
|
Sang Walengan
|
806-813
|
12
|
Prabu Linggabumi
|
813-852
|
13
|
Prabu Gajah Kulon Rakryan Wuwus
|
819-891
|
D. Hubungan Galuh – Kaling – Medang ( Mataram Kuno )
Wilayah kerajaan Sunda – Galuh
(Wikipedia)
|
Putera Terusbawa, Rakryan Sundasambawa wafat saat masih muda, meninggal kan seorang anak perempuan, Nyi Sekarkencana. Cucu Terusbawa ini dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.
Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kaling di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Terusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya saudara satu ibu, tetapi lain ayah.
Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Terusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Terusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara. Di kemudian hari Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Terusbawa.
Saat Terusbawa meninggal (tahun 723 M), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Pada tahun 732 M, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rakryan Panaraban (Tamperan ). Di Mataram Kuno Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754 M ), yang kemudian digantikan puteranya yang bernama Dewi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rakryan Panaraban berkuasa di Sunda- Galuh selam tujuh tahun. (732-739 M). Lalu membagi kekuasaan pada puteranya, Sang Manarah (dalam satu cerita rakyat disebut Ciung Wanara) serta Sang Banga di Sunda.
E. Analisa
- Apabila keterangan di atas benar adanya berarti kerajaan Tarumanegara telah mewariskan dua kerajaan besar di Nusantara, yaitu kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Medang (Mataram Kuno).
- Sanjaya adalah merupakan pewaris kerajaan Galuh dengan kerajaan Kaling, merelakan menyerahkan kekuasaannya di Sunda-Galuh kepada puteranya dan mendirikan kerajaan baru (Medang / Mataram Kuno) di Jawa Tengah.
- Sanjaya (pendiri kerajaan Medang/ Mataram Kuno) sebelumnya telah menjadi raja di Sunda–Galuh kemudian meninggalkannya dan mendirikan kerajaan baru di Jawa Tengah. Yang menjadi pertanyaan, mengapa tidak ada satupun prasasti yang ditulisnya di Jawa Barat, sedangkan di Jawa Tengah ia meninggalkan prasasti dan candi di Canggal yang berangka tahun 732 M.