BUAT PARA PELAJAR, TETAP SEMANGAT BELAJAR DI RUMAH,JANGAN PANIK MENGHADAPI VIRUS CORONA, TAPI JANGAN REMEHKAN KARENA SIAPA SAJA BISA JADI KORBAN, SEMOGA PANDEMI CORONA SEGERA BERAKHIR SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG BERSAMA "GARUDA BUKATEJA" DALAM SITUASI PANDEMI COFID 19

KERAJAAN KALING (ABAD-7 M)

Kerajaan Kaling merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buydha yang kurang mendapatkan perhatian dalam pembahasan sejarah Indonesia Kuno, dikarenakan terbatasnya sumber sejarah yang menceritakan tentang keberadaan kerajaan Kaling. Namun apabila ditelusuri, ada semacam benang merah yang menghubungkan antara kerajaan Hindu di Jawa Barat, kerajaan Kaling dengan kerajaan Medang (Mataram Kuno).
Pada tahun 752 M  kerajaan Kaling (Ho-ling) menjadi  wilayah taklukan Sriwijaya, dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Melayu dan Tarumanegara yang sebelumnya telah ditaklukkan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Budha.
A.    Sumber Sejarah
1.    Prasasti Tuk mas, ditemukan di desa Dakwu, daerah Grobogan, Purwodadi, lereng gunung Merbabu. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini menyebutkan tentang mata air yang jernih, mengalir menjadi sungai yang disamakan dengan sungai Gangga di India. Pada prasasti tersebut ditemukan gambar peralatan yang dimiliki oleh dewa-dewa Hindu, seperti : trisula, kendi, kapak, cakra, dan bunga teratai.
2.    Berita Cina
Cerita pada zaman Dinasti T’ang (618 M – 906 M ) memberikan keterangan tentang Ho-ling sebagai berikut :
a.     Ho-ling (Kaling) disebut Jawa terletak di Lautan selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-li (pulau Bali), dan di sebelah barat terletak pulau Sumatera.
b.    Ibukota Ho-ling dikelilingi tembok yang terbuat dari tonggak kayu
c.     Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading
d.    Penduduk kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari  bunga kelapa
e.     Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu. emas, perak, cula badak, dan gading gajah.
Berita Cina lainnya adalah Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) yang menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Budha Hinayana. Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwu ning yang menterjemahkan salah satu kitab agama Budha.
Berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674 M, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Sima (Simo). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya kerajaan Ho-ling sangat aman dan tenteram. (wikipedia.org/Kerajaan_Kaling).
Raja atau Ratu Sima yang memerintah pada tahun 674 M. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas, hal ini terbukti pada saat raja Tache ingin menguji kejujuran rakyat Kaling. Diletakkanlah suatu pundi-pundi yang berisi uang dinar di suatu jalan. Sampai tiga tahun lamanya tidak ada yang berani mengambil. Pada suatu hari putera mahkota berjalan ke situ dan kakinya menyentuh pundi-pundi tersebut. Mendengar laporan bahwa yang menyentuh adalah puteranya, Ratu Sima memerintahkan agar dihukum penggal leher. Namun hukuman tersebut tidak jadi dilaksanakan, karena permintaan para pembesar negeri. Bahwa putera mahkota cukup dihukum potong kaki, karena kakinya  yang  bersalah,  bahkan bila perlu jangan dilakukan hukuman tersebut.  Tetapi ditolak dan kaki putera mahkota dipotong. Berita tersebut menunjukkan bahwa Ratu Sima memerintah dengan adil dan tegas. (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004, 26-28).
B     Hubungan antara Kerajaan Kaling dengan Kerajaan Mataram Kuno
Putri Maharani Sima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Sima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa (Sanna). Sanaha dan Brantasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Krajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M ).
Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kaling yang kemudian disebut Bumi Mataram,  dan kemudian mendirikan Dinasti/ Wangsa Sanjaya  di Kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkan kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakryan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kaling Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.
C.    Analisa
Berita Cina yang ditulis oleh I-Tsing, menunjukkan bahwa kerajaan Kaling menganut agama Budha Hinayana. Namun apabila dilihat dari berita Cina terlebih dahulu menunjukkan bahwa Kaling menganut agama Hindu, hal ini ditunjukkan dengan adanya permusuhan antara Sriwijaya dengan Kaling. Begitu juga dalam prasasti Tuk Mas, menunjukkan bahwa prasasti tersebut dibuat oleh raja yang menganut agama  Hindu, terbukti adanya gambar-gambar alat yang digunakan oleh para dewa. Kemungkinan Kerajaan Kaling menganut agama Hindu, namun setelah ditaklukkan oleh Sriwijaya, Kaling menganut agama Hindu dan agama Budha.
Dari uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa kerajaan Mataram Kuno merupakan kelanjutan dari kerajaan Kaling yang terletak di Jawa Tengah Utara. Kesimpulan tersebut didukung dengan candi-candi yang bercorak Hindy (peninggalan wangsa Sanjaya banyak terdapat di Jawa Tengah bagian Utara.
Dengan memahami riwayat tentang kerajaan Galuh di Jawa Barat menunjukkan bahwa Sanjaya (pendiri kerajaan Mataram Kuno) masih keturunan kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh sendiri merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan agama yang dianutnya, antara Tarumanegara dengan Mataram Kuno ada kesamaan, yaitu agama Hindu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Mataram Kuno merupakan kelanjutan dari kerajaan Terumanegara, yang terdapat di Jawa Barat.
Kemungkinan hilangnya Kerajaan  Kaling tdak mengalami keruntuhan tetapi berubah nama menjadi Mataram Kuno. Dan pergesaran wilayah di Jawa Tengah  bagian Selatan, karena yang menggantikan  Ratu Sima, adalah cucunya , Sanjaya pendiri kerajaan Medang (Mataram Kuno).

Comments
0 Comments

No comments :