Kerajaan Kahuripan merupakan kerajaan Hindu yang berlansung tidak lama (1009-1042 M), sebagai kelanjutan kerajaan Medang yang runtuh akibat serangan Wura-wari. Hanya seorang raja yang memerintah kerajaan Kahuripan, yaitu Airlangga. Berakhirnya kerajaan bukan karena runtuh, melainkan kerajaan tersebut terbagi menjadi dua. Kerajaan tersebut kurang mendapat perhatian dibanding dengan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya. Sebenarnya ada nilai-nilai sejarah yang sangat berharga di balik kerajaan tersebut.
1. Prasasti Kamalgnyan
Prasasti ini ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa Kuno, terletak di dusun Klagen, Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Isinya menyebutkan dibangunnya sebuah bendungan (dam) di Wringin Sapto oleh Raja Airlangga
, bersama-sama dengan rakyat. Sebelum bendungan itu dibangun, dikatakan bahwa sungai Brantas (Sungai Bengawan) selalu banjir dan airnya meluap ke beberapa desa dan tanah Perdikan. Untuk menjaga dan memelihara bangunan bendungan tersebut, ditetapkanlah desa Kamalagyan (Kamalagean) untuk menjadi Daerah Perdikan atau daerah bebas pajak pada tahun 967 M.
2. Prasasti Pucangan (Prasasti Calcuta)
Prasasti Pucangan terdiri dari dua prasasti yang berbeda yang dipahat pada sebuah batu, di sisi depan menggunakan bahasa Jwa Kuno dan di sisi belakang menggunakan bahasa Sansekerta, namun kedua prasasti tersebut ditulis dalam aksara Kawi (Jawa Kuno).
Seluruh prasasti merupakan syair dalam bahasa Sansekerta dan berisi 34 bait dari berbagai matra (irama). Tinggi batu adalah 1,24 meter, dan lebarnya 0,95 meter sebelah atas dan 0,86 meter di sebelah bawah. Prasasti ini terdiri 37 garis tulisan.
Dari prasasti ini kita ketahui bahwa Airlangga dari sisi ibu adalah keturunan Sri Isyana tunggadewa (Sindok), seorang raja Jawa, dan bahwa ibu Airlangga adalah Mahendradatta, putri raja Makutawangsawardhana yang ibunya adalah puteri Sri Isyanatuggadewa (mgmpsejjakut.blogspot.com/prasasti-calcuta).
B. Berdirinya Kerajaan Kahuripan
Nama Airlangga berarti ”air yang melompat”. Ayahnya bernama Udayana, raja kerajaan Bedahulu dari Wangsa Warmadewa. Ibunya bernama Mahendradatta, seorang puteri Wangsa Isyana dari kerajaan Medang. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat, bahkan mengadakan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan serangan ke Sriwijaya.
Pada tahun 1007 M Airlangga menikah dngan puteri raja Dharmawangsa Teguh (saudara Mahendradatta) di Watan. Ketika pesta perkawinan sedang berlangsung, tiba-tiba kota Watan diserbu raja Wurawari yang berasal dari Lwaram (sekarang desa Ngloram, Cepu, Blora), yang merupakan sekutu kerajaan Sriwijaya. Kejadian tersebut tercatat dalam prasasti Pucangan (Calcuta Stone). Dalam serangan itu, Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan Airlangga lolos ke hutan pegunungan (Wanagiri) ditemani pembantunya ug bernama Mpu Narotama. Saat itu ia berusia 16 tahun, dan mulai menjalani hidup sebagai pertapa.
Tiga tahun kemudian, Airlangga didatangi utusan rakyat yang memintanya supaya membangun kembali Kerajaan Medang. Mengingat kota Watan sudah hancur, Airlangga pun membangun ibukota baru bernama Watan Mas di dekat gunung Penanggungan.
C. Perluasan Wilayah Kerajaan
Pada tahun 1023 M, Kerajaan Sriwijaya yang merupakan musuh besar Wangsa Isyana dikalahkan Rajendra Coladewa, raja Colamandala dari India. Hal ini membuat Airlangga lebih leluasa mempersiapkan diri untuk menguasai seluruh pulau Jawa.
Sejak tahun1025 M, Airlangga memperluas kekuasaan dan pengaruhnya seiring dengan melemahnya Sriwijaya. Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Namun awalnya tidak berjalan dengan baik, karena menurut prasasti Terep (1032 M), Watan Mas kemudian direbut musuh, sehingga Airlangga melarikan diri ke desa Patakan. Berdasarkan prasasti Kamalgyan (1037 M), ibukota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan.
Pada tahun 1030 M, Airlangga mengalahkan Wisnuprabhawa raja Wuratan, Wijayawarman raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa. Pada tahun 1031 M. Putera Panuda mencoba membalas dendam, namun dapat dikalahkan oleh Airlangga. Ibukota Lewa dihancurkan pula. Pada. Tahun 1032 M. seorang raja wanita dari daerah Tulungagung (sekarang) berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas dihancurkannya. Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala, dan membangun ibukota baru di Kahuripan. Raja wanita pada akhirnya dapat dikalahkannya. Dalam tahun 1032 M. pula airlangga dan Mpu Narotama mengalahkan Raja Wurawari, membalaskan dendam Wangsa Isyana. Terakhir tahun 1035 M. Airlangga menumpas pemberontakan Wijayawarman raja Wengker yang pernah ditaklukkannya dulu.
Kerajaan yang baru dengan pusatnya di Kahuripan, Sidoharjo (sekarang), wilayahnya membentang dari Pasuruhan di timur hingga Madiun di barat. Pantai utara Jawa, terutama Surabaya dan Tuban, menjadi pusat perdagangan yang penting untuk pertama kalinya. Airlangga naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Airlangga juga memperluas wilayan kerajaan hingga ke Jawa Tengah, bahkan pengaruh kekuasaannya diakui sampai ke Bali.
Setelah keadaan aman, Airlangga mulai mengadakan pembangunan-pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan yang tercatat dalam prasasti-prasasti peninggalannya antara lain :
1. Membangun Sri Wijaya Asrama tahun 1036 M.
2. Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 M untuk mencegah banjir.
3. Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, di muara Kali Brantas.
4. Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
5. Meresmikan pertapan gunung Pucangan tahun 1041 M.
6. Memindahkan ibukota dari Kahuripan ke Daha.
Berdasarkan prasasti Pucangan (1041 M) diketahui bahwa Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Toleransi beragamanya sangat bai, yaitu sebagai pelindung agama Hindu Sywa dan Budha.
Airlangga sebagai Wisnu naik Garuda (Wikipedia)
|
Airlangga juga menaruh perhatian terhadap seni sastra. Tahun 1035 M, Mpu Kanwa menulis kitab Arjuna Wiwaha yang diadaptasi dari epik Mahabharata. Dikisahkan perkawinan Arjuna dengan bidadari-bidadari sebagai hadiah dari para dewa karena berhasil mengalahkan raksasa Niwatakawaca yang menyerang Kahyangan. Cerita itu disusun sebagai kiasan terhadap jerih payah Airlangga menjadi seorang raja di Kahuripan.
Patung raja yang didewakan berupa Dewa Wisnu mengendarai Garuda, ditemukan di desa Belahan, koleksi Museum Trowulan, Jawa Timur. Ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk menggubah kakawin Arjuna Wiwaha yang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan.
D. Peninggalan Keraaan Kahuripan
Kerajaan Kahuripan berakhir setelah Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk kedua puteranya, guna menghindari perebutan kekuasaan. Setelah pembagian kekuasaan ia mengundurkan diri menjadi seorang pertapa. Dalam prasasti Gandhakuti (1042 M) disebutkan gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.
E. Peninggalan Kerajaan Kahuripan
1. Candi Belahan
Candi Belahan (arkeologi.web.id)
|
Candi Belahan terletak di lereng timur gunung Penanggungan. Candi ini berupa tempat pemandian yang dilengkapi dengan 2 buah arca wanita Permaisuri Wisnu.
Candi Belahan digunakan untuk menyimpan abu jenazah raja Airlangga yang wafat pada tahun 1049 M. Gunung Penanggungan adalah gunung suci yang merupakan replika Gunung Semeru. Terdapat sekitar 81 situs-situs candi dan peningalan-peninggalan Prabu Airlangga di lereng Gnung Penanggungan.
2. Candi Semar Jalatunda
Candi Sumur Jalatunda (penanusantar.wordpress)
|
Terdapat di bagian utara lereng gunung Penanggungan , desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Menurut keterangan dari para petugas jaga setempat. Bahwa situs candi ini dibangun pada tahun 997 Masehi. Pada masa pemerintahan seorang Raja beragama Hinduk, yaitu : Prabu Airlangga, raja dari kerajaan Medang, Kahuripan, Kediri.
Candi tersebut berbentuk kolam indah dengan airnya yang sangat jernih, difungsikan sebagai tempat bermandi suci bagi umat Hindu. Banuna Pentirtaan yang berukuran panjang 16,8 m, lebar 13,5 meter dan kedalaman 5,2 meter itu. (penanusantara.wordpress,com)