Semboyan pendidikan yang diajarkan Ki Hajar Dewantoro yaitu " Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" sudah tidak lagi menggema seperti zaman itu. Dahulu seorang guru adalah seorang sosok yang sangat disegani baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Guru sangat disegani dan dihormati, meski gaji tidak seberapa.
Dengan kesederhanaan, guru tidak pernah menuntut yang berlebihan, melaksanakan tugas dengan sepenuh hati, mengabdi kepada negeri. Mengapa masyarakat saat itu sangat menghargai dan mengormati guru ?,
karena guru berpegang teguh pada ajaran Ki Hajar Dewantoro, dimana seorang guru harus bisa mengamalkan "Ing Ngarsa Sung Tulodho, di depan seorang guru mampu memberikan contoh, teladan, bagaimana bertutur kata yang baik, bekerja dengan baik, mengabdi dengan baik, bekerja keras dengan baik, belajar dengan baik, bahkan mampu memberikan contoh bagaimana hidup sederhana.
Ketika berada di antara murid dan masyarakat seorang guru mampu mengamalkan ajaran" Ing Madya Mangun Karsa". Artinya seorang guru menjadi penggerak, pembangkit semangat sehingga siswa mau belajar dengan tekun, taat pada aturan dan hukum. Di tengah-tengah murid seorang guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi dapat menjadi orang tua yang mengayomi melindungi murid-muridnya. Guru tidak malu bersama muridnya, dengan ramah menyapa dan memahami permasalahan murid-muridnya serta memberikan bimbingan bagaimana muridnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Tidak selamanya seorang guru selalu memberikan contoh, dan mengayomi. Untuk membangkitkan semangat belajar, seorang guru harus memberikan kesempatan murid-muridnya untuk bisa berprestasi, mengikuti berbagai kegiatan lomba atau berkompetisi dengan murid-murid dari sekolah lain. Atau pada saat murid-muridnya mengalami kejenuhan karena belajar terus-menerus untuk mengahapi ujian, maka seorang guru harus mampu mengamalkana ajaran Ki Hajar Dewantoro, yaitu "Tut Wuri Handayani," yang artinya seorang pemimpin ketika sedang berada di belakang hendaknya mampu memberikan dorongan, semangat sehingga yang dipimpinnya. Begitu juga seorang guru mampu memberikan dorongan, semangat pada murid-muridnya agar mampu berprestasi lebih baik. Tidak sedikit guru yang menjadi sosok dikagumi murid-muridnya, sehingga ketika bertemu kapanpun dan dimanapun bekas muridnya sangat menghormati. Mereka beranggapan bahwa keberhasilan yang mereka raih tidak lain berkat jerih lelah guru yang mengajarkan ilmu.
Keadaan guru zaman sekarang sudah mengalami pergeseran nilai, maupun norma. Ajaran Ki Hajar Dewantoro mulai memudar, apalagi dengan masuknya budaya asing dan strategi pembelajaran dari luar, dimana banyak orang pintar bahwa strategi maupun sistem pendidikan dari luar dianggap lebih baik dari sistem pendidikan yang kita miliki yang telah dibangun oleh Ki Hajar Dewantoro. Peradaban, kemajuan zaman turut mempengaruhi, kepribadian guru. Pada zaman dulu, guru adalah seorang sosok sederhana, bijaksana, berhasaja, di manapun, kapanpun selalu dihargai dihargai dan dihormati, karena memeiliki berbagai kemampuan (serba bisa) yang tidak dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya. Pada saat itu guru dianggap serba bisa, dan mampu mengatasi segala permasalahan. Pada zaman sekarang, keberadaan seorang guru sudah jauh berbeda. Bukan lagi seorang guru yang dihargai dan dihormati, karena kemampuannya terbatas pada bidang yang ditekuni. Satu contoh kasus seorang guru ditilang oleh bekas muridnya yang telah menjadi polisi lalu lintas, karena lupa membawa Surat-surat kendaraan. Lebih memilukan karena frustasi menghadapi murid yang nakal keterlaluan akhirnya guru melakukan kekerasan, dan lebih memprihatinkan lagi ketika si murid nakal anak seorang pejabat atau orang kaya, maka seorang guru dapat kehilangan perkerjaan. Dengan semakin kritisnya masyarakat dan kebebasan hidup anak-anak karena adanya Undang Undang Perlindungan Anak mari kepada semua guru, kita berupaya mengembalikan kepercayaan murid-murid bahwa guru masih mampu menjadi sosok yang patut dicontoh dan ditiru, baik perilaku maupun semangat kerja dan belajar. Tunjukkan pada peserta didik, meskipun sudah jadi guru tetapi guru masih terus belajar, bekerja keras tanpa kenal lelah. Mari kita jaga hubungan harmonis antara guru dengan siswa layaknya orang tua dengan anak, saling asih, asah, dan asuh.
Demikian sekelumit kata semoga bermakna sebagai renungan sehingga seorang guru tidak lepas dari koridor seorang pendidik dan seorang pengajar. selalu peduli pada kepentingan anak didik maupun kepentingan masa depan bangsa.