BUAT PARA PELAJAR, TETAP SEMANGAT BELAJAR DI RUMAH,JANGAN PANIK MENGHADAPI VIRUS CORONA, TAPI JANGAN REMEHKAN KARENA SIAPA SAJA BISA JADI KORBAN, SEMOGA PANDEMI CORONA SEGERA BERAKHIR SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG BERSAMA "GARUDA BUKATEJA" DALAM SITUASI PANDEMI COFID 19

KERAJAAN SRIWIJAYA (ABAD VII-XIV M)

     Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang kuat pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti “bercahaya” dan wijaya beartti kemenangan. Menurut Coedes, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Pusat kerajaan terdapat di Palembang. Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bhk di Asia Tenggara pada waktu itu ( abad 7-11 M ).  (http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya).
A.   Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya dikelompokkan menadi dua, yaitu sumber dari dalam negeri dan sumber dari luar negeri (Cina, India, Arab, Persia). Sumber dari dalam negeri berupa prasasti, antara lain :
1.    Prasasti Kadukan Bukit (682 M)
Parasasiti Kadukan Bukit  Wikipedia
Prasasti Kadukan Bukit merupakan prasasti berangka tahun tertua dari kerajaan Sriwijaya. Ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno, dengan huruf Pallawa. Prasasti tersebut menceritakan tentang perjalanan Dapunta Hyang dengan membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan, yaitu ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kadukan Bukit, kita mendapatkan data-data. Prasasti Kadukan Bukit hanya
menyebutkan gelar Dapunta Hyang tanpa disertai nama raja tersebut.
(arkeologi.web.id/menelusuri-makna-prasasti-kadukan-bukir-sriwijaya).
2.    Prasasti Talang Tuwo (684 M)
Prasasti Talang Tuo
(Wikipedia)
Prasasti tersebut ditemukan di kaki bukit Siguntang, dekat Palembang. Menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa yang terdiri dari 14 baris.
3.    Prasasti Kota Kapur (686 M)
Prasasti Kota Kapur
(Wikipedia)
Prasasti tersebut dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu  bersegi-segi setinggi 177 cm, lebar 32 centimeter, ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa, ditemukan di Kota Kapur, pantai barat pulau Bangka. Prasasti ini menyebutkan adanya ekspedisi Sriwijaya ke daerah seberang lautan (pulau Jawa) untuk memperluas kekuasaannya.
4     Prasasti Karang Brahi (686 M)
Prasasti ini ditemukan di daerah Karang Brahi, Jambi hulu. Berisi permintaan kepada Dewa yang menjaga Sriwijaya dan untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat terhadap Sriwijaya. Prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan huruf  Pallawa.
Prasasti Palas Pasemah
(Wikipedia)
5.    Prasasti Palas Pasemah, dtemukan di Palas Pasemah, di tepi sungai Wai Pisang, Lampung, ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu  berasal dari akhir abad ke-7 Masehi. Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
6.    Prasasti Ligor ( Prasasti Ligor 775 M )
Prasasti berangka tahun tersebut ditemukan di Tanah Genting Kra, Ligor.
Sumber dari luar negeri/ berita asing/ antara lain :
1.    Sumber dari  Cina,
Kunjungan I-Tsing, seorang peziarah Budha dari Cina pertama adalah tahun 671 M. I-tsing tingal selama 6 bulan di Sriwijaya untuk bahasa Sanskerta, setelah itu ia baru berangkat ke Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda tahun 685 I-sing kembali ke Sriwijaya, dan tinggal selama beberapa tahun untuk menterjemahkan teks-teks Budha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara rutin ke Cina.
2     Sumber dari Arab
Sriwijaya disebut Sribuza, seorang sejarawan Arab klasik  bernama Mas’udi  menulis catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu, gambir, dan beberapa hasil bumi lainnya.
3.    Sumber India
Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari Kerajaan yang ada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda, dan Kerajaan Cola. Dengan Kerajaan Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Nalanda. Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan Sriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembagan kerajaan Sriwijaya.
B.    Nama-nama Raja Sriwijaya :
1.  Sri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
2.  Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
3.  Wishnu (prasasti Ligor, 775 M)
4.  Maharaja (berita Arab, 851 M)
5.  Balaputradewa (prasasti Nalanda, 860 M)
6.  Sri Udayanawarman (berita Cina, 960 M)
7.  Sri Udayaditya (berita Cina, 962 M)
8.  Sri Sudamanimarwadewa (berita Cina, 1003, prasasti Leiden, 1004 M)
9.  Marawijayatunggawarman (prasasti Leiden, 1044 M)
10.  Sri SanggramaWijayatunggawarman (prasasti Cola, 1004 M)
(scribd.com /Kerajaan-Sriwijaya)
C.    Masa Kejayaan
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa. Dalam prasasti Nalanda yang berasal dari sekitar tahun 860 M disebutkan bahwa Balaputradewa mengajukan permintaan kepada raja Dewapaladewa dari Benggala untuk mendirikan biara bagi para mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang belajar di Nalanda. Ia adalah putera Samaratungga dari dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah tahun  1812 -824 M. Sriwijaya pernah pula menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha.
Sriwijaya pernah menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha. Seorang Bisku Budha dari Cina bernama I-tsing  pata tahun 671 M berangkat dari Kanton ke India melalui  Sriwijaya untuk belajar agama Budha.
Ia singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa Sansekerta Sriwijaya yang merupakan kerajaan besar penganut agama Budha, telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama Budha I-tsing, seorang pendeta Cina pernah menetap selama 6 tahun untuk memperdalam agama Budha. Salah satu karya yang dihasilkan, yaitu Ta Tiang si-yu-ku-fa-kao-sheng-chuan yang selesai ditulis pada tahun 692 M. Wilayah kekuasaannya mencapai Jawa dan Kalimantan Barat, Malaka, dan Sulawesi.
Kemajuan kerajaan Sriwijaya didukung oleh beberapa faktor, antara lain :
1.    Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
2.    Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasi Selat Malaka sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
3.    Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja yang memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara  maritim (Sriwijaya), yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan  (sejarah-bangsa-kita.blogspot.com/puncak-kerajaan-sriwijaya)
Candi Muara Takus
(Wikipedia)
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya banyak ditemukan di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, dan Thailand, antara lain : Prasasti Situs Candi Angsoka, Situs Koam Pinishi,  dan Situs Tanjung Rawa. Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu, yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Astono dan Kolam Telagorajo, Situs Muarojambi. Sedangkan di daerah Riau ditemukan Candi Muara Takus, yang berbentuk stupa Budha.
D.    Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa hal berikut :
1.    Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M, ketika yang berkuasa di Sriwijaya ialah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya.
2.    Serangan Kerajaan Colamandala yang diperintahkan oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1023 M dan 1030 M. Serangan ini ditujukan ke Semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu Rajendracoladewa.
3.    Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertamegara. 1275-1292 M, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi), Maulimarwadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya.
4.    Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudera Pasai.
5.    Serangan Kerajaan Majapahit yang dipimpin Adityawarman.
E.    Analisa
1.    Kebesaran Kerajaan Sriwijaya didukung dengan wilayah yang sangat strategis, menjadi jalur perdagangan antara India dengan Cina, dan menjadi pusat perguruan agama Budha selain India.
2.    Tumbuh dan berkembangnya cukup lama yaitu sekitar 300 tahun, namun tidak banyak memiliki peninggalan (candi) sebagaimana kerajaan Mataram Kuno di Jawa. Hal ini disebabkan, kekuatan kerajaan mengutamakan sektor kelautan. Selain itu kerajaan Sriwijaya tieak banyak memiliki arsitek bangunan seagaimana yang dimiliki oleh kerajaan Mataram Kuno.
3.    Kerajaan Sriwijaya memiliki hubungan luar negeri yang sangat baik, terutama dengan India dan Cina.
4.    Adanya serangan dari Dharmawarsa, Singasari, dan Majapahit, menunjukkan bahwa kerajaan Sriwijaya mengabaikan musuh-musuh di sekelilingnya dan tidak adanyua kerja sama  antar kerajaan di kawasan Nusantara.
Comments
0 Comments