Sejak ribuan tahun silam manusia telah menghuni muka bumi ini. Banyak manusia belajar dari masa lampau. Kerja keras, mencapai cita-cita, mencari kekayaan, kejayaan, perang berkecamuk dimana-mana telah menghiasi kehidupan ini, namun tidak sedikit yang memahami arti kehidupan.
Dari zaman batu hingga sampai batu akik orang terus berlomba, namun tidak banyak yang mencapai kepuasan. Konflik terus terjadi akibat berebut
kepentingan, tidak pandang bulu pelakunya, entah itu orang kaya ataupun kaum duafa, pejabat ataupun rakyat jelata. Dengan adanya konflik di mana-mana maka terjadilah krisis, baik krisis politik, ekonomi, sosial, maupun krisis lainnya. Tak ada kepuasan abadi dalam hidupnya, meskipun sudah jadi orang kaya tetap saja masih kekurangan, apalagi jadi orang miskin. Jadi pejabat tinggi saja masih kurang apalagi jadi rakyat jelata. Kemacetan lalulintas, masalah sampah, kebakaran hutan, kenakalan anak-anak, perselingkuhan, kejahatan, tiada henti terus terjadi. hanya sedikit yang menyadari bahwa hidup ini tidak abadi, kelak semua akan mati, semua yang menyenangkan akan menyusahkan sendiri.
Dari zaman batu hingga sampai batu akik orang terus berlomba, namun tidak banyak yang mencapai kepuasan. Konflik terus terjadi akibat berebut
kepentingan, tidak pandang bulu pelakunya, entah itu orang kaya ataupun kaum duafa, pejabat ataupun rakyat jelata. Dengan adanya konflik di mana-mana maka terjadilah krisis, baik krisis politik, ekonomi, sosial, maupun krisis lainnya. Tak ada kepuasan abadi dalam hidupnya, meskipun sudah jadi orang kaya tetap saja masih kekurangan, apalagi jadi orang miskin. Jadi pejabat tinggi saja masih kurang apalagi jadi rakyat jelata. Kemacetan lalulintas, masalah sampah, kebakaran hutan, kenakalan anak-anak, perselingkuhan, kejahatan, tiada henti terus terjadi. hanya sedikit yang menyadari bahwa hidup ini tidak abadi, kelak semua akan mati, semua yang menyenangkan akan menyusahkan sendiri.
Harta, kekayaan, jabatan, istri simpanan tak ada lagi artinya ketika ingat akan jalan kematian yang sangat menyakitkan. Berbagai bencana dan musibah semestinya telah menyadarkan setiap manusia, tetapi yang terjdi justru sebaliknya. Tidak sedikit orang senang ketika terjadi bencana, karena munculnya proyek dan pekerjaan baru yang sangat menguntungkan. Puasa adalah wahana yang sangat tepat untuk mendinginkan setiap hati manusia yang panas dan dipenuhi angkara. Diharapkan dengan puasa akan menyadari bahwa dirinya adalah mahluk ciptaan Tuhan, lemah tak berdaya ketika tidak terisi oleh makanan dan minuman. Manusia tetap manusia, seringkali mengatasnamakan kebijaksanaan, mengatasnamakan rakyat, mengatasnamakan kejujuran dan kebaikan, mereka terus berlomba mengumpulkan harta dan kekayaan.
Meskipun jalanan sudah macet mereka terus berburu mobil untuk menguras minyak bumi, meskipun pemukiman sudah padat mereka terus membangun rumah, meskipun pangan berkurang mereka terus menyulap sawah menjadi jalan, pabrik dan perumahan elit. Apa yang akan terjadi kelak apabila minyak bumi telah habis, tak ada lagi sawah, tak ada lagi petani, tak ada lagi air bersih, tak ada lagi orang miskin, tak ada lagi yang mau bekerja kasar ? Manusia-manusia yang sadar akan kebesaran Tuhanlah yang mau berpikir, manusia yang memiliki keluarga sakinah mawadah warohmah, sekalipun jadi orang kaya tetap bersahaja, meskipun jadi orang miskin tetap bersyukur dan bahagia. Selamat menunaikan ibadah puasa untuk menuju hari kemenangan.