BUAT PARA PELAJAR, TETAP SEMANGAT BELAJAR DI RUMAH,JANGAN PANIK MENGHADAPI VIRUS CORONA, TAPI JANGAN REMEHKAN KARENA SIAPA SAJA BISA JADI KORBAN, SEMOGA PANDEMI CORONA SEGERA BERAKHIR SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG BERSAMA "GARUDA BUKATEJA" DALAM SITUASI PANDEMI COFID 19

SEJARAH INDONESIA KELAS X SMK SMT GENAP, BAB III

MASA DEMOKRASI LIBERAL – DEMOKRASI TERPIMPIN
(1950-1966)
Kompetensi Dasar
3.10. Mengevaluasi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan sampai dengan masa Demokrasi Terpimpin
4.10. Menyajikan hasil telaah tentang perkembangan kehidupan politik dan ekonomi Bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan sampai mas Demokrasi Terpimpin

A. Masa Demokrasi Liberal ( 1950 – 1959 )
Masing-masing negara bagian RIS menyadari bahwa bentuk negara RIS mempersulit bangsa Indonesia untuk bersatu dan menguntungkan Belanda. Oleh karena itu pada tanggal 17 Agustus 1950 masing-masing negara bagian melebur menjadi satu dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan RIS dinyatakan bubar serta tidak ada ikatan lagi dengan pemeritah Belanda.
Dengan berubahnya RIS menjadi NKRI maka UUD RIS diganti dengan UUD Sementara (UUDS) sampai tersusunnya UUD yang baru. Pemerintahan RI pada saat ini berubah menjadi demokrasi liberal, karena memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berpolitik baik membentuk partai baru ataupun menjadi anggota partai. Kekuasaan pemerintahan ada pada Perdana Menteri (Parlementer), sedangkan presiden menjadi kepala negara. Partai-partai besar yang ada saat itu antara lain : PNI, Mayumi, NU, dan PKI. Banyaknya partai di Indonesia menyebabkan sering kali terjadi pergantian Perdanan Menteri, bahkan dalam waktu 9 tahun telah terjadi pergantian pedana menteri sebanyak 7 kali. Apabila demikian kapankah bangsa Indonesia akan stabil dan membangun ?
       

Kabinet yang memerintah pada masa Demokrasi Liberal antara lain :
1.    Kabinet Natsir (6 Sept. 1950 – 21 Maret 1951)  
Kabinet Natsir gagal menyelesaikan masalah Irian Barat, kemudian jatuh setelah mendapatkan mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah tentang DPRD dan DPRDS.
2.   Kabinet Sukiman (26 April 1951 – 23 Februari 1952)
Jatuhnya kabinet Sukiman disebabkan ia mengadakan kerja sama dengan Amerika Serikat di bidang ekonomi dan militer.
3.    Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Kabinet Wilopo mendapat sebutan sebagai Zaken Kabinet karena para menteri terdiri dari para ahli di bidangnya. Kabinet ini mengalami tantangan berat, yaitu dengan adanya gerakan separatisme di berbagai daerah. Dan yang paling berat adalah peristiwa Tanjung Morawa paa tanggal 17 Oktober 1952 yg menyebabkan kabinet tersebut jatuh. 
4.    Kabinet Ali  Sastroamijoyo I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Jatuhnya kabinet Ali disebabkan karena adanya perseteruan antara  PNI dengan NU dimana NU menarik diri dari koalisinya.
5.    Kabinet Burhanudin (12 Agustus 1955 – Maret 1956)
6.    Kabinet Ali  Sastroamijoyo II (24 Maret 1956 – 14  Maret  1957)
7.    Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda seperti halnya Kabinet Wilopo, yaitu Zaken Kabinet. Ia mencanangkan progran kerjanya yang dinamakan Panca Karya. Kabinet ini menjadi demisioner setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
       

Kabinet yang memerintah pada masa Demokrasi Liberal antara lain :
1.    Kabinet Natsir (6 Sept. 1950 – 21 Maret 1951)  
Kabinet Natsir gagal menyelesaikan masalah Irian Barat, kemudian jatuh setelah mendapatkan mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah tentang DPRD dan DPRDS.
2.   Kabinet Sukiman (26 April 1951 – 23 Februari 1952)
Jatuhnya kabinet Sukiman disebabkan ia mengadakan kerja sama dengan Amerika Serikat di bidang ekonomi dan militer.
3.    Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Kabinet Wilopo mendapat sebutan sebagai Zaken Kabinet karena para menteri terdiri dari para ahli di bidangnya. Kabinet ini mengalami tantangan berat, yaitu dengan adanya gerakan separatisme di berbagai daerah. Dan yang paling berat adalah peristiwa Tanjung Morawa paa tanggal 17 Oktober 1952 yg menyebabkan kabinet tersebut jatuh. 
4.    Kabinet Ali  Sastroamijoyo I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Jatuhnya kabinet Ali disebabkan karena adanya perseteruan antara  PNI dengan NU dimana NU menarik diri dari koalisinya.
5.    Kabinet Burhanudin (12 Agustus 1955 – Maret 1956)
6.    Kabinet Ali  Sastroamijoyo II (24 Maret 1956 – 14  Maret  1957)
7.    Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda seperti halnya Kabinet Wilopo, yaitu Zaken Kabinet. Ia mencanangkan progran kerjanya yang dinamakan Panca Karya. Kabinet ini menjadi demisioner setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
 
B.   Konferensi Asia Afrika, 18-24 April 1955
Indonesia menjadi penyelenggara KAA di Bandung merupakan pretasi gemilang, di saat kehidupan politik dan ekonomi masih masih belum tertata namun mampu menghimpun bangsa –bangsa Asia dan Afrika.
Dasar  pertimbangan diselenggarakan KAA di Bandung, antara lain :
1.   Benua Asia dan Afrika mempunyai ciri geografis yang hampir sama
2.   Bangsa Asia dan Afrika mempunyai persamaan nasib, yaitu sama-sama menjadi daerah jajahan bangsa Barat (imperialis Eropa)
3.   Perdamaian dunia terganggu dengan adanya perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni S ovyet.
4.   Sengketa antar negara di kawasan Asia , antara lain :
       -  RRC dengan Taiwan tentang pulau Queens
       -  India dengan Pakistan masalah perbatasan di Kashmir
       -  Korea Utara dengan Korea selatan masalah perbatasan
       -  Vietnam utara dengan Vietnam Selatan masalah ideologi
5.    PBB sering tidak mampu mengatasi sengketa antar negara
6.    Negara-negara di Asia yang sudah merdeka masih dihadapkan pada masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial
Sebelum dilaksanakan KAA  terlebih dulu diadakan Konferensi Pendahuluan, yang diadakan 2 kali yaitu di Colombo  (Konferensi Panca Negara I) dan Konferensi di Bogor (Konferensi Panca Negara II). Masing masing konferensi dihadiri oleh delegasi lima negara sponsor, yaitu : India, Indonesia, Pakistan , dan Burma (Myanmar). Konferensi Pancanegara II di Bogor pada tanggal 28- 31Desember 1954 menetapkan tujuan diselenggarakan KAA yang akan diselenggarakan di Bandung. Tujuan KAA  antara lain :
1.    Memajukan kerja sama antar negara di Asia dan Afrika
2.    Meninjau masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan
3.    Memecahkan masalah kedaulatan, rasialisme, dan kolonialisme
4.    Memperkuat kedudukan dan perangan bangsa-bangsa Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia.
Pelaksanaan Konferensi  Asia Afrika di Bandung, pada tanggal 18 – 24 April 1955, pada masa pemerintahan PM Ali Sastroamijoyo I.  dihadiri oleh 29 negara yang terdiri: dari 5 negara Sponsor (India, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, dan Birma/Mynmar). 18 negara dari Asia (Fillipina, Thailand, Kamboja, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afganistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria, Yordania, Liibanon, Turki, dan Yaman. 6 negara dari Afrika antara lain : Mesir, Sudan, Libia, Liberia, Etiopia, Pantai Emas, Pantai Emas (Ghana).
Keputusan yang diambil dari KAA, antara lain :
1.    Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia dan Afrika  dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan
2.    Menuntut kemerdekaan atas Aljazair, Tunisia, dan Maroko
3.    Menentang Rasdiskriminasi  (perbedaan warna kulit ) dan kolonialisme
4.    Menuntut pengembalian Irian Barat kepada Indonesia dan Aden kepada Yaman.
5.    Ikut aktif dalam mengusahakan dan memeilihara perdamaan dunia.
Selain menetapkan keputusan di  atas KAA juga menghasilkan 10 prinsip berbangsa dan bernegara. Yang dikenal dengan Dasa Sila Bandung 
 
Dasa Sila Bandung :
1. Menghormati hak azasi manusia sesuai dengan azas dan tujuan yang termuat dalam piagam PBB
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui persamaan ras semua bangsa  baik besar maupun kecil
4. Tidak melakukan intervensi / campur tangan  dalam negeri negara lain
5. Menghormati hak setiap bangsa  untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif
6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain
7. Tidak melakukan ancaman terhadap negara lain
8. Menyelesaian segala perselisihan internasional secara damai sesuai piagam PBB
9. Memajukan kepentingan bersama dan bekerja sama
10. Menghormati hukum dan kewajiban internasional
Pengaruh positif diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika, antara lain :
1.   Berkurangnya ketegangan dunia akibat adanya perang dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur
2.   Australia dan Amerika Serikat mulai menghapus ras diskriminasi (perbedaan warna kulit )
3.    Belanda kebingungan menghadapi bangsa Afro Asia di forum PBB
4.    Perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Barat mendapat dukungan bangsa-bangsa Asia-Afrika.
5.    Pengaruh KAA 
a. Bagi Indonesia :
1)  Bagi Indonesia perjuangan pembasan Irian Barat mendapat dukungan dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika
2)   Pelaksanaan politik   luar negeri Bebas-Aktif, Indonesia tidak berpihak pada salah satu blok yaitu Blok Barat dan Blok Timur
b.  Bagi negara di Asia dan bagi dunia antara lain :
1) Perjuangan bangsa-bangsa Asia untuk memperoleh kemerdekaan bagi bangsa yang belum merdeka
2) Meningkatkan kedudukan bangsa-bangsa Asia-Afrika dalam percaturan politik dunia
3) Munculnya kerja sama dan hubungan yang baik antar negara Asia dan Afrikan di bidang ekonomi, sosial dan budaya
4) Ketegangan dunia berkurang
5) Australia dan Amerika Serikat mulai menghapus politik diskriminasi ras
6) Negara-negara imperialis dan kolonialis mulai meninggalkan daerah jajahannya
Arti Penting Konferensi Asia Afrika di Bandung, antara lain :
1. Merupakan cetusan rasa setia kawan dan kebangunan bangsa Asia Afrika untuk bersatu    
2. Menjadikan penengah antara Blok Barat dengan Blok Timur
3. Merupakan pendorong perjuangan bangsa-bangsa  Asia Afrika yang belum merdeka
4. Runtuhnya imperialisme Barat di Asia dan Afrika
5. Mengilhami berdirinya Gerakan Non Blok

C.  Pemilihan Umum (Pemilu) I tahun 1955
Pada mada pemerintahan perdana menteri Burhanudin Harahap baru dapat menyelenggarakan PEMILU yang pertama kali, guna memilih wakil-wakil rakyat sebagai wujud pelaksanaan demokrasi.  Penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan dua tahap yaitu :
1.      Tanggal. 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR
2.      Tanggal. 15 Desember 1955  untuk memilih anggota Dewan Konstituante
PEMILU tersebut diikuti oleh banyak partai, denga partai besar yang mengikuti pada saat itu adalah PNI, Masyumi, PKI , NU. Berdasarkan perolehan suara pada pemilu 1955 partai yang mendapat suara terbesar adalah sebagai berikut :
  • Partai Nasional Indonesia (PNI) 9.070.218. ...
  • Masyumi. 7.789.619. ...
  • Nahdlatul Ulama (NU) 6.989.333. ...
  • Partai Komunis Indonesia (PKI) 6.232.512. ...
  • Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.059.922. ...
  • Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 988.810. ...
  • Partai Katolik. ...
  • Partai Sosialis Indonesia (PSI)
DPR dan Dewan Konstituante hasil Pemilu I tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, karena masing-masing anggota hanya mengutamakan kepentingan partainya. Pada tahun 1959 Dewan Konstituante tidak mampu menyusun UUD sebagai pengganti UUDS, setiap persidangan tidak pernah mencapai kata sepakat. Bahkan makin lama anggota yang hadir tidak memenuhi kuorum untuk memutuskan suatu ketetapan. Perpecahan antar partai di DPR dan Dewan Konstituante semakin jelas, hal  tersebut menjadikan ancaman bagi stabilitas nasional. Oleh karena itu Presiden Sukarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekritnya guna menyelamatkan negara.

D . Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 – 1965 )
1.   Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit adalah keputusan presiden tanpa persetujuan DPR yang mempunyai kekuatan hukum sama dengan Undang Undang apabila negara dalam keadaan bahaya.
Alasan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 antara lain :
1.  Kegagalan Dewan Kosntituante menyusun UUD sebagai pengganti UUD S yang berlaku sejak tahun 1950
2. Negara dalam keadaan bahaya, akibat perselisihan antar partai di tubuh DPR maupun Dewan Konstituante.
Presiden  Sukarno menganjurkan kepada Dewan Konstituante agar kembali kepada UUD 1945, beliau juga mencanangkan Demokrasi Terpimpin guna menghindari perpecahan, yaitu sebuah demokrasi yang dipimpin oleh dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Artinya segala kebijakan pemerintahan dan kehidupan bernegara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.  Namun dalam pelaksanaannya banyak mengalami penyimpangan.

Isi Dekrit Presiden, 5 Juli 1959 :
1.  Berlakunya kembali UUD 1945 dan sebagai pengganti UUDS
2.   Dewan Konstituante dibubarkan, karena selama 4 tahun tida mampu menyusun UUD
3.   Akan segera dibentuk MPRS dan DPAS

2.    Penyimpangan yang terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin, antara lain :
a.   Pada tahun 1960 DPR dibubarkan oleh Presiden dan diganti dengan DPRGR, karena PR menolak anggaran yang diajukan presiden
b.  Disyahkannya ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis), untuk mewujudkan persatuan bangsa
c.   Pidato Presiden yang berjudul Manipol disyahkan sebagai GBHN oleh MPRS
d.   Ir. Sukarno diangkat sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS pada tahun 1962
e.   Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada tahun 1964 -1965
f.    Indonesia keluar dari keanggotaan PBB pada tahun 1965
g.   Indonesia masuk kelompok negara NEFO ( New Emerging Forces )
h.   Adanya Poros Jakarta – Peking
i.    Adanya politik mercusuar, yaitu mengadakan proyek-proyek raksasa saat perekonomian rakyat sedang sangat sulit
j.    Pembetukan MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara).
MPRS dibentuk berdasarkan Penpres No. 2 tahun   1959,   para anggota ditunjuk dan diangkat oleh Presiden  dengan sejumlah persyaratan , antara lain :
a.     Setuju kembali kepada UUD 1945
b.     Setia kepada perjuangan RI, dan
c.     Setuju kepada Manifesto Politik, yang saat itu ditentukan oleh Presiden
d.    Keanggotaan MPR terdiri dari 61 anggota DPR, 94 Utusan Daerah, dan 200 dari Wakil Golongan.
3.    Pembubaran DPR dan pembentukan DPRGR
DPR hasil Pemilu 1955 dibubarkan oleh Presiden karena menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan oleh Prediden. Presiden kemudian mengeluarkan Penpres yang isinya tentang pembubaran DPR  dan pembentukan DPRGR.  Karena yang menentukan Presiden maka DPRGR akan mengikuti apa yang menjadi kebijakan Presiden. Tugas utama DPRGR antara lain :
a.    Melaksanakan Manifesto Politik
b.    Mewujudkan amanat penderitaan rakyat
c.    Melaksanakan Demokrasi Terpimpin
4.   Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
DPAS dibentuk oleh Presiden berdasarkan Penpres no. 3  tahun 1959. Ketiga lembaga tinggi negara (MPRS, DPRGR, dan DPAS) merupakan bentukan Presiden, secara tidak langsung maka lembaga-lembaga tersebut kedudukannya berada di bawah Pemerintah. Dengan demikian tidak ada lagi lembaga negara yang bisa mengawasi dan mengendalikan jalannya Pemerintahan. Demokrasi yang diharapkan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tidak dapat terwujud lagi, berubah menjadi Demokrasi Terpimpin. DPAS sendiri mengusulkan agar Pidato Presiden yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita ditetapkan sebagai GBHN yang disebut Manifesto Politik Republik Indonesia.
5.    Pembentukan Kabinet Kerja
Tanggal 9 Juli 1959, Presiden membentuk kabinet Kerja, karena tidak ada lagi Wakil Presiden . Presiden mengadakan jabatan Menteri pertama serta menunjuk Ir Juanda untuk memegang jabatan tsb. Drs. Moh. Hatta mengundurkan diri sebagai Wapres pada tanggal 1 Desember 1956.

E. Ulasan Materi
Uraian di atas bukan hanya kabar berita yang dibaca dan dibiarkan begitu saja,  tetapi merupakan sebuah pembelajaran yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia sekarang. Kita patut mengapresiasi para pemimpin kita terdahulu, dimana beliau telah menunjukkan pengalaman dan kemampuannya bagaimana cara mengelola negara yang besar. Peristiwa- peristiwa tersebut telah menguji para pemimpin kita terdahulu, bagaimana beliau bekerja keras menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang mampu memimpin dunia, bangsa yang mampu menggalang perdamaian dunia.
Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 menunjukkan bahwa Indonesia yang baru merdeka sudah mampu menggalang perdamaian dunia. Bangsa-bangsa di Asia  dan Afrika dibuat kagum dan hormat pada Indonesia, meskipun saat itu keadaan ekonomi dan politik dalam negeri belum stabil. Mereka yang hadir kagum pada Indonesia yang memiliki kekayaan alam, budaya, keaneka ragaman suku, bangsa, agama, bahasa, yang tersebar di kepulauan nusantara tetapi dapat bersatu, bandingkan dengan negara lain. Semua itu berkat kegigihan dan kesabaran para pemimpin kita terdahulu.
Di balik kesuksesan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA), pada masa Demokrasi Liberal juga terdapat peristiwa kelabu, yang menghambat pembangunan karena ulah para oknum yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi atau golongannya saja. Banyaknya partai politik yang tumbuh pada masa demokrasi Liberal, mereka lupa dengan tugas utamanya, yaitu membangun negara. Mereka berebut kekuasaan, untuk mendapat keuntungan partainya, sehingga dalam kurun waktu 9 tahun terjadi pergantian kabinet sebanyak 7 kali. Mustahil sebuah pemerintahan dalam setahun dapat membangun negara dengan baik. Di balik itu semua masih ada peristiwa yang lebih memperihatinkan, yaitu adanya pemberontakan di berbagai daerah karena ketidakpuasan dengan pemerintahan yang ada, bahkan ada beberapa pemberontakan yang ingin memisahkan diri dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti halnya RMS, DI/TII.
Ketidakstabilan politik turut mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti halnya krisis politik, dan krisis ekonomi. Ketidakmampuan Dewan Konstituante membuat UUD sebagai pengganti UUDS menunjukkan bahwa krisis politik sudah sangat berat, sehingga Presiden Sukarno mengeluarkan Dekritnya pada tanggal 5 Juli 1959 untuk menyelamatkan negara. Namun dengan dicanangkannya Demokrasi Terpimpin pun belum mampu mengatasi masalah, bahkan krisis ekonomi semakin berat. Dan puncak krisis ditandai dengan adanya peristiwa G.30.September 1965. Krisis politik dan ekonomi yang sangat berat dimanfaatkan PKI untuk mengubah ideology Pancasila menjadi komunis.
Meskipun kondisi politik dan ekonomi masih memprihatinkan, bangsa Indonesia masih mampu menorehkan prestasi dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia bukan bangsa yang lemah. Hal itu terbukti Indonesia ikut memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok pada tahun 1961, sebagai upaya menggalang perdamaian dunia guna menghadapi perang dingin antara Blok Barat  dengan Blok Timur. Prestasi lainnya adalah Indonesia sukses menjadi tuan rumah ASEAN Games pada tahun 1962, yaitu pesta olah raga terbesar di kawasan benua Asia.
Dapat ditarik kesimpulan meskipun bangsa Indonesia mengalami berbagai peristiwa sebagai ujian selama Demokrasi Liberal dan Demokrasi terpimpin antara tahun 1950 hingga tahun 1966 antara lain: kondisi politik, ekonomi yang belum stabil, gangguan keamanan, pemberontakan,  penyelenggaraan PEMILU, KAA, Gerakan Non Blok. Dan ujian yang paling berat adalah terbunuhnya perwira AD dalam peristiwa G.30.S/PKI tahun 1965. Dengan berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam kesatuan NKRI, Indonesia mampu menghadapi segala bentuk ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam. Bahkan menunjukkan kebesarannya pada dunia internasonal melalui Konferensi Asia Afrika dan penyelenggaraan ASEAN GAMES.
Sebagai penerus kita patut berbangga dan meneladani keberanian dan kehebatan para pemimpin kita saat itu, masih mampu menunjukkan prestasi di tingkat dunia meskipun menghadapi berbagai tantangan yang berat. Maka tidak sepantasnya sebagai generasi penerus hanya berpangku tangan dan bersenang-senang menikmati kue kemerdekaan. Padahal dibalik sana masih banyak musuh yang mengintai dan akan masuk untuk menguasai kembali saat kita lengah. Oleh karena itu dengan berpegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kita harus berbuat sesuatu sebagaimana para pemimpin kita terdahulu sehingga Indonesia menjadi bangsa yang disegani dan dihormati bangsa lain di dunia. 

Comments
0 Comments

No comments :