BUAT PARA PELAJAR, TETAP SEMANGAT BELAJAR DI RUMAH,JANGAN PANIK MENGHADAPI VIRUS CORONA, TAPI JANGAN REMEHKAN KARENA SIAPA SAJA BISA JADI KORBAN, SEMOGA PANDEMI CORONA SEGERA BERAKHIR SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERGABUNG BERSAMA "GARUDA BUKATEJA" DALAM SITUASI PANDEMI COFID 19

BAB III, TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA


A. Teori masuknya Agama dan Kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia
Teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah umumnya terbagi menjadi 2 pendapat. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima budaya dan agama dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat ini yaitu teori Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria. Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga Indonesia juga bersifat aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha. Dua teori yang menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra.
1.    Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur
 Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.
2.    Teori Waisya oleh NJ. Krom Teori
 Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan. Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.
3.    Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens
Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara.
4.    Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch
Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya pada masyarakat Nusantara lainnya.
5.    Teori Sudra oleh van Faber
Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Nusantara. Mereka menetap dan menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga terjadilah perkembangan yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha. Dari kelima teori tersebut, teori Brahmana yang dikemukakan oleh Jc.Van Leur dianggap sebagai teori terkuat karena ditunjang oleh bukti-bukti yang nyata.

B.   Pengaruh Hindu Buddha di Indonesia
Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia dalam Beberapa Aspek Kehidupan Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia dalam Beberapa Aspek Kehidupan Administrator. Masuknya agama Hindu dan Budha sejak awal abad ke 2 Masehi sedikit banyak telah berpengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan masyarakat Nusantara di masa silam. Pengaruh Hindu Budha di Indonesia tersebut bahkan dapat kita lihat dan rasakan hingga saat ini, baik itu pengaruh yang mutlak berasal dari ajaran dan kebudayaan Hindu-Budha, maupun pengaruh yang berakultursi dengan kepercayaan dan kebudayaan lokal di masa silam. Berikut ini akan kami jelaskan mengenai pengaruh Hindu Budha di Indonesia tersebut sebagai pembelajaran bagi kita semua. Pengaruh Hindu Budha di Indonesia dapat kita rasakan pada beberapa aspek dan bidang kehidupan seperti ajaran agama dan kepercayaan, sistem pemerintahan, ilmu arsitektur, bahasa, sastra, seni, dan keterampilan. Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
1.    Bidang Agama
Salah satu pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang paling kentara terdapat pada bidang agama dan kepercayaan. Sebelum ajaran Hindu-Budha masuk, mula-mula masyarakat Indonesia sebelumnya sudah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, namun karena masuknya ajaran Hindu dan Budha yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta, kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh masyarat nusantara tempo dulu kemudian melebur dan berakulturasi dengan ajaran agama Hindu-Budha. Kepercayaan baru ini secara beriringan kemudian membawa kebudayaan baru dalam hal beragama, misalnya dalam hal upacara pemujaan, tata krama, dan tempat peribahadan.
2.    Politik dan Pemerintahan
Sistem politik dan pemerintahan kerajaan juga muncul dari pengaruh Hindu Budha di Indonesia. Sistem ini diperkenalkan oleh orang-orang India dan membuat masyarakat yang awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan pemimpin tunggal yang terwujud sebagai seorang raja. Karena pengaruh inilah di Indonesia terlahir beberapa kerajaan Hindu Budha seperti kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Kerajaan Tarumanegara, Kutai, dan lain sebagainya.
3.    Arsitektur
Tradisi megalitikum punden berudak-undak yang menjadi peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia di masa silam juga diyakini telah berakulturasi dengan ilmu arsitektur yang dibawa dari India bersamaan dengan penyebaran agama Hindu Budha di Nusantara. Punden berundak-undak berpadu dengan budaya India dan mengilhami gaya arsitektur pembuatan bangunan candi peninggalannya. Contoh nyata dari perpaduan ini dapat kita lihat misalnya pada arsitektur candi Borobudur yang berbentuk limas dan berundak-undak. Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
4.    Bahasa dan Aksara
Huruf pallawa dan bahasa Sanskerta yang digunakan pada beberapa prasasti kerajaan-kerajaan Nusantara di masa silam menandakan bahwa pengaruh Hindu Budha di Indonesia juga bersinggungan dengan aspek bahasa dan aksara. Dalam perkembangannya, penggunaan aksara palawa mungkin sudah tidak populer lagi, namun penggunaan bahasa Sansekerta justru berlanjut dengan sangat pesat. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa kata atau frase Bahasa Indonesia yang sebetulnya berasal dari bahasa sansekerta, misalnya Pancasila, Kartika Eka Paksi, Dasa Dharma, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan lain sebagainya. Pengaruh Hindu Budha Di Indonesia
5.    Sastra
Berkembangnya pengaruh Hindu Budha di Indonesia juga membawa kemajuan besar pada bidang sastra. Karya sastra yang mereka bawa, yakni kitab Ramayana dan Mahabarata telah memperkaya khasanah epos dalam pewayangan Indonesia. Adanya kedua kitab itu juga memacu beberapa pujangga nusantara untuk menghasilkan karyanya sendiri. Beberapa karya sastra yang muncul setelah adanya pengaruh Hindu Budha di Indonesia antara lain :
a.         Kitab Smaradhahana, karya Empu Dharmaja dari kerajaan Kediri
Isinya mengisahkan sepasang suami istri yang hilang secara misterius setelah terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa. Suami-istri tersebut adalah Dewa Kama dan Dewi Ratih 
b.         Kitab Bharatayuda, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh dari kerajaan Kediri
Isinya menceritakan tentang kisah perjuangan kepahlawanan raja Jayabhaya sebaga raja Jenggala yang berhasil menaklukkan kerajaan Panjalu
c.         Kitab Kresnayana, karya Empu Triguna pada masa kerajaan Kediri
Isinya riwayat hidup seorang anak yang bernama Kresna, anak tersebut memiliki kekuatan luar biasa tetapi suka menolong orang lain yang membuat ia disukai oleh orang-orang, walaupun ia seorang anak yang nakal.
d.         Kitab  Gatotkacasraya, karya Empu Panuluh pada masa kerajaan Kediri
Isinya menceritakan tentang kepahlawanan Gatotkaca yang berjasa menyatukan cinta antara Abimanyu putera Arjuna dengan Siti Sundari.
e.         Kitab Arjuna Wijaya, Empu Tantular pada  masa kerajaan Majapahit
Kitab ini mengisahkan Raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Raksasa Rahwana. Kisah tersebut menggambarkan kemenangan Raden Wijaya pada awal berdirinya kerajaan Majapahit.
f.          Kirab Lubdaka, karya Empu Tanakung pada masa kerajaan Kediri
Isinya tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh, pada suatu ketika ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap dewa Syiwa, sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi masuk surga
g.         Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, pada masa pemerintahan Airlangga
Kitab ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru untuk mendapatkan senjata guna mengalahkan Kurawa.
h.         Kitab Sotasoma karya Mpu Tantular                           kerajaan Majapahit         
i.           Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.            Kerajaan Majapahit

Kerjaan kerjaan di Indonesia berdasarkan agama yang dianut, maka dikelompokkan menjadi 2 yaitu: Kerajaan yang bercorak Hindu dan bercorak Buddha. Pada awal mula penganut agama hinddu dan Buddha terpisah, namun pada perkembangan selanjutnya penganut agama hindu dan Buddha hidup berdampingan dalam suatu kerajaan. Kerajaan yang menganut agama Hindu antara lain :
1.         Kerajaan Kutai
Merupakan kerajaan tertua di Indonesia berkembang pada abad-5, yang terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Raja-raja yang memerintah berdasarkan bukti sejarah yang ada antara lain: Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Yang menunjukkan bahwa kerajaan tersebut menganut agama Hindu adalah dalam prasasti/ yupa disebutkan bahwa raja Mulawarman mempersembahkan 1000 ekor lembu kepada para pendeta.
2.         Kerajaan Tarumanegara
Adalah kerajaan hindu yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat pada abad ke 5-6. Beberapa prasasti yang menjadi bukti sejarah kerajaan tersebut adalah, prasasti Ciaruteun, prasasti Muara Cianten,  prasasti Kebon kopi, prasasti Tugu, prasasti Pandeglang, prasasti Jambu, dan prasasti Pasir Awi. Sumber sejarah lainnya adalah berita Cina yang ditulis oleh I Tsing seorang musafir dari Cina yang pernah singgah di kerajaan tersebut. Bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan tersebut adalah gambar tapak kaki gajah, kendaraan dewa Wisnu, yang terdapat di prasasti Kebon Kopi. Kerajaan tersebut juga telah memperkenalkan sistem pertanian modern waktu itu, yang dibuktikan dengan adanya prasasti Tugu. Dijelaskan pada prasasti tersebut bahwa raja Purnawarnan meresmikan penggalian Sungai Gomati dan sungai Candrabaga, yang akan dimanfaatkan sebagai sarana irigasi.
Kerajaan tersebut wilayah kekuasaannya mencapai Sumatera bagian selatan.
Kerajaan Mataram kuno memiliki silsilah kerajaan yang cukup panjang, dimulai dari raja Sana hingga Raja Balitung. Disebut wangsa Sanjaya, karena yang menjadi raja besar pertama adalah Sanjaya, kemudian digantikan oleh anak dan cucunya hingga sampai raja Balitung. Silsilah raja tersebut terdapat pada prasasti Mantyasih ( prasasti Kedu).
4.         Kerajaan Medang
Kerajaan Medang merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram kuno, diperkirakan pada masa pemerintahan Mpu Sindok di Mataram terjadi bencana gunung berapi kemudian pusat kerajaan dipindah ke Medang, Jawa Timur. Di sanalah Mpu Sindok mendirikan kerajaan baru dengan menamakan wangsa Isyana. Namun kerajaan tersebut akhirnya runtuh karena diserang raja Wora wari pada masa pemerintahan Dharmawangsa. Meskipun kerajaan Medang runtuh menantu Dharmawangsa yang bernama Airlangga berhasil menyelamatkan diri dan mendirikan kembali kerajaannya, kemudian kerajaan terpecah menjadi dua yaitu kerajaan Kediri dan Panjalu, dimana kerajaan Panjalu akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi kerajaan Singasari pada masa.
Peninggalan/ bangunan kuno yang bercorak Hindu antar lain: Candi Prambanan, candi Sewu, candi Gedongsongo, candi Dieng, dan lain-lain.
Kerajaan di Indonesia yang menganut agama Buddha antara lain :
1.         Kerjaan Sriwijaya
Kerajaan tersebut adalah kerajaan terbesar kedua di nusantara setelah kerajaan Majapahit. Sering dijuluki sebagai kerajaan Maritim, karena memiliki armada laut yang kuat. Kerajaan Sriwijaya menganut agama Buddha, bahkan dijadikan sebagai pusat perguruan agama Buddha. Beberapa prasasti yang menjadi bukti sejarah kerajaan Sriwijaya antara lain : Kadukan bukit, Kota Kapur, Karangbrahi, Talangtuo, Telaga Batu. Kerajaan Sriwijaya dimungkinkan pusatnya terletak di Palembang, dibuktikan dengan banyaknya prasasti yang ditemukan di sekitar kota Palembang. Rajanya yang termashur bernama Balaputeradewa, ia adalah keturunan dari raja Mataram Kuno (Wangsa Syailendra) yang menganut agama Buddha, karena perang saudara akhirnya Balaputeradewa menyingkir ke Sriwijaya. Kerajaan tersebut mengalami keruntuhan ketika mendapat serangan dari raja Colamandala (Cola-cola) dari India. Salah satu faktor yang menjadi penyebab Sriwijaya menjadi kerajaan besar di Asia Tenggara, karena Sriwijaya memiliki armada kuat yang menguasai selat Malaka.
2.         Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga/ Kaling adalah kerajaan yang berkembang di Jawa bagian utara, berdasarkan berita Cina dijelaskan bahwa di Jawa bagian utara terdapat seorang raja perempuan yang adil dan bijaksana.  Ia bernama Ratu Sima. Tetapi perkembangan selanjutnya tidak diketahui keberadaan kerajaan tersebut.
3.         Kerajaan Mataram kuno dari wangsya Syailendra
Selain dari wangsa Sanjaya, di kerajaan Mataram kuno terdapat raja-raja yang menganut agama Buddha. Raja-raja tersebut dinamakan wangsa Syailendra. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan kedua wangsa tersebut disatukan Rakai Pikatan berasal dari wangsa Sanjaya dikawinkan dengan Pramodawardani dari wangsa Syailendra.
Peninggalan / bangunan kuno yang bercorak Buddha antara lain : candi Borobudur, candi Mendut, candi Kalasan, candi Plaosan, candi Pawon, candi Sewu.
Dalam perkembangan selanjutnya agama hindu dan Buddha hidup berdampingan dalam suatu kerajaan. Semenjak pemerintahan Rakai Panangkaran antara umat hindu dan umat budha hidup rukun. Candi hindu dan candi Buddha dibangun berdampingan, hal tersebut menunjukkan kesan bahwa raja sangat menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. Bahkan raja Panangkaran yang menganut agama hindu membangun tempat ibadah bagi umat Buddha, yaitu candi Kalasan yang dibangun pada tahun 778 M. Sejak saat itulah kehidupan beragama berdampingan berlanjut hingga kerajaan Singasari dan Majapahit. Pada masa kerajaan Majapahit kerukunan hidup beragama ditegaskan melalui kitab  Sutasoma karya Empu Tantular, dengan judul “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”.
Mpu Tantular mengajarkan kepada bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit agar mau bersatu, saling menghormati, saling menghargai, mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman agama, budaya, dan adat istiadat. Tanpa adanya kebersamaan dan persatuan maka tidak akan pernah terwujud cita-cita masyarakat adil makmur. Konflik politik berkepanjangan, perselisihan antar kelompok, adat istiadat, atau konflik lainnya selama ini hanya akan memperlemah bangsa Indonesia sendiri. Kerajaan Singasari dibawah pemerintahan Kertanegara sebenarnya telah berambisi menjadi kerajaan besar di Asia Tenggara, namun sayang kerajaan tersebut justru runtuh karena penghianatan bangsanya sendiri, yaitu Jayakatwang sebagai upaya balas dendam kerajaan Kediri yang pernah ditaklukkan oleh Ken Arok (raja Singasari pertama kali). Cita-cita kerajaan Singasari baru terwujud setelah menantu Kertanegara yang bernama Raden Wijaya mendirikan kembali kerajaan dengan nama kerajaan Majapahit. Pada puncak kejayaannya kerajaan Majapahit berhasil mempersatukan nusantar, dimana daerah kekuasaannya mencapai semenanjung Melayu. Kerajaan tersebut mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Apabila dibandingkan dengan kerajaan Sriwijaya maka Wilayah Majapahit jauh lebih luas. Kebesaran kerajaan Majapahit pun akhirnya mengalami keruntuhan, faktor yang menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit adalah adanya perang saudara yang berkepanjangan, untuk memperebutkan kekuasaan, bahkan akhirnya kerajaan Majapahit lenyap setelah berkembangnya agama Islam di nusantara.
Comments
0 Comments

No comments :